Senin 02 Mar 2020 15:31 WIB

IHSG Anjlok, BEI: Kita tidak Sendiri

Penurunan IHSG dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh virus corona.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3).
Foto: Republika/Prayogi
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,02 persen ke level 5.397,31 pada penutupan perdagangan sesi pertama, Senin (2/3). Menjelang penutupan perdagangan sesi kedua, IHSG terus melorot dan menyentuh level terendah di posisi 5.354,62.

Adapun modal asing yang keluar mencapai Rp 22,95 miliar. Nilai transaksi per hari ini tercatat Rp 4,8 triliun dengan frekuensi 426,449.

Baca Juga

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, mengakui penurunan IHSG dalam beberapa waktu terakhir hingga saat ini memang disebabkan oleh penyebaran virus corona. "Tapi kita tidak sendiri, penurunan juga dialami negara lainnya," kata Inarno di gedung BEI, Jakarta, Senin (2/3).

Mengakhiri perdagangan di Februari 2020, IHSG telah turun sebanyak 13,44 persen atau 5.452,70. Penurunan ini juga dialami oleh seluruh bursa utama dunia termasuk bursa-bursa di ASEAN. 

Adapun penurunan tertinggi dialami Thailand 15,03 persen. Lalu, diikuti Indonesia 13,44 persen, Filipina 13,15 persen, Vietnam 8,2 persen, Malaysia 6,68 persen, dan Singapura 6,57 persen.

Penurunan pada pekan terakhir Februari 2020 merupakan penyumbang terbesar penurunan indeks pada bursa utama dunia maupun bursa-bursa di ASEAN. Dengan penurunan tertinggi dialami oleh Filipina 7,9 persen. Kemudian diikuti oleh Indonesia 7,3 persen, Vietnam 5,45 persen, Singapura 5,34 persen dan Malaysia 3.17 persen. 

Menurut Inarno, penurunan terjadi menyusul antisipasi investor terhadap dampak virus corona yang diperkirakan semakin meluas. Hal ini mengingat semakin banyaknya jumlah negara yang terdampak serta dampaknya terhadap aktivitas ekonomi dan perdagangan global. 

Meski demikian, lanjut Inarno, Indonesia masih merupakan tujuan investasi yang menarik. Secara makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tercatat di level 5 persen. 

Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menambahkan minat perusahaan untuk melantai di pasar modal juga masih cukup baik. Dari 24 perusahaan yang berencana untuk menggelar Initial Public Offering (IPO), belum ada satu pun yang menginformasikan akan menunda rencana tersebut. 

"Begitu juga dengan 13 perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi, masih on schedule," terangnya. 

Indeks saham seketika anjlok dari posisi 5.491,13 usai Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang terinfeksi virus corona di Indonesia. Dua orang ini terkena corona diduga setelah berinteraksi dengan warga Jepang yang positif terkena corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement