Ahad 01 Mar 2020 09:27 WIB

Tertekan Corona, Pengusaha Ritel Minta Insentif Pajak

Pengusaha ritel masih harus menanggung beban biaya operasional,

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Warga memilih barang di sebuah toko ritel modern. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah memberikan insentif pajak atau dana retribusi untuk mengantisipasi kerugian sebagai dampak virus corona.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Warga memilih barang di sebuah toko ritel modern. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah memberikan insentif pajak atau dana retribusi untuk mengantisipasi kerugian sebagai dampak virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah memberikan insentif pajak atau dana retribusi untuk mengantisipasi kerugian sebagai dampak virus corona. Sebab, pengusaha ritel masih harus menanggung beban biaya operasional, sedangkan tingkat pemasukan terus tertekan.

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan, insentif yang sudah diberikan pemerintah melalui subsidi untuk mendorong daya beli masyarakat sudah baik. Tapi, pengusaha ritel tetap butuh insentif untuk kompensasi penurunan penjualan mereka. "Kita kan masih harus membiayai tenaga kerja juga," ujarnya kepada Republika Badung, Bali, akhir pekan kemarin. Roy mencatat, virus corona berdampak negatif terhadap kinerja ritel melalui penurunan jumlah wisatawan, terutama Cina. Diketahui, pada tahun lalu, jumlah wisatawan Cina berkontribusi 200 ribu kunjungan per bulan atau lebih dari 2 juta kunjungan sepanjang tahun. 

Ketika diberlakukan pelarangan kunjungan turis Cina ke Indonesia selama sebulan terakhir, Roy mengatakan, otomatis pembelanjaan di ritel berkurang. Khususnya destinasi wisata unggulan seperti Bali. 

Roy mencatat, kontribusi pembelian produk ritel di destinasi-destinasi wisata mencapai 35 hingga 40 persen terhadap pendapatan ritel sepanjang tahun. Ketika 90 persen penjualan tersebut menghilang akibat pelarangan kunjungan turis Cina, berarti kini peranannya turun menjadi sekitar lima sampai 10 persen. "Itu sangat signifikan bagi kami," ujarnya. 

Potensi penurunan kontribusi ritel di destinasi wisata semakin besar mengingat sejumlah negara melakukan pembatasan terhadap kunjungan ke luar negeri, termasuk Indonesia. Terbaru, Singapura membatasi penerbangan ke Indonesia untuk menekan penyebaran virus corona. 

Roy mengakui, virus corona menjadi faktor risiko yang tidak pernah terprediksi oleh Aprindo. Optimisme pengusaha ritel yang semula menguat pada tahun ini setelah mengalami perlambatan penjualan sepanjang 2019 pun menurun.

Roy menyebutkan, target pertumbuhan ritel pun terpaksa harus dikoreksi kembali. Dari yang semula diyakini mampu tumbuh double digit, sekarang harus direvisi menjadi single digit. "Kelihatannya, sama kaya tahun lalu, delapan sampai sembilan persen," tuturnya. 

Downside risk Aprindo tidak hanya dipengaruhi faktor corona. Roy menuturkan, cuaca ekstrim yang menyebabkan banjir di sejumlah titik di Indonesia berdampak pada penurunan penjualan ritel. 

Berdasarkan catatan yang dipaparkan Roy, banjir satu hari saja sudah merugikan ritel hingga Rp 1 miliar. Sebab, banyak orang tidak mau berbelanja dan barang-barang jualan di ritel pun tidak sedikit yang terendam. "Oleh karena itu, kita berharap adanya insentif dari pemerintah," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement