Kamis 27 Feb 2020 09:44 WIB

IHSG Terus Tergerus Ke Level 5.600

Kekhawatiran semakin parahnya wabah corona akan membayangi pergerakan IHSG.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (27/2).
Foto: Republika/Prayogi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (27/2). Indeks saham melemah 0,15 persen atau turun 8,48 poin ke level 5.680,43 dari penutupan sebelumnya di level 5.688,92. 

Pada perdagangan hari ini, IHSG diprediksi akan kembali melanjutkan tren penurunan. Kekhawatiran akan semakin parahnya virus corona diperkirakan masih akan membayangi pergerakan.

Baca Juga

"IHSG diprediksi melemah. Secara teknikal candlestick membentuk long black body dengan volume yang cukup tinggi mengindikasikan trend pelemahan masih cukup kuat," kata Analis riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christopher, Kamis (27/2).

Senada, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan diperdagangkan pada level 5.620 – 5.750. Menurutnya, upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak virus corona akan menjadi perhatian pasar. 

Pemerintah dan Bank Indonesia saat ini tengah menyiapkan efek dari penyebaran virus corona yang terus meluas. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan antisipasi terhadap potensi pelemahan ekonomi global maupun domestik. 

Sektor pariwisata dinilai yang paling besar terdampak dari ancaman virus corona. Selain itu sektor properti juga menjadi fokus pemerintah guna mencegah adanya melambatnya permintaan. 

Pemerintah akan menambah volume rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah sekitar 224.000 unit rumah dengan estimasi penambahan anggaran Rp 1,5 triliun.  

"Kami melihat, kebijakan insentif tersebut sebagai upaya pemerintah guna menjaga perekonomian dan daya beli kelompok 20 persen masyarakat terbawah yang terbilang paling sensitif terhadap perlambatan ekonomi," tutur Nico. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement