Kamis 20 Feb 2020 14:24 WIB

Erick Thohir Sampaikan 5 Prioritas Kementerian BUMN ke DPR

Erick meminta BUMN untuk fokus dalam bisnis utama.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sampaikan lima prioritas Kementerian BUMN ke DPR. Foto Menteri BUMN Erick Thohir, (ilustrasi).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sampaikan lima prioritas Kementerian BUMN ke DPR. Foto Menteri BUMN Erick Thohir, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyampaikan lima prioritas Kementerian BUMN kepada Komisi VI DPR. Erick mengatakan lima prioritas Kementerian BUMN meliputi nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, inovasi model bisnis, kepemimpinan teknologi, peningkatan investasi, dan pengembangan talenta.

Untuk poin nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, kata Erick, Kementerian BUMN melakukan pendekatan manajemen portofolio BUMN dengan empat kategori yakni surplus creators di mana BUMN yang fokus menghasilkan nilai ekonomi dan memberikan nilai tambah bagi bangsa, welfare creators bagi BUMN yang fokus utama pada pelayanan publik, strategic value yang merupakan BUMN yang bertugas memberikan nilai ekonomi sekaligus memberikan pelayanan publik, dan dead weight bagi BUMN yang tidak memiliki nilai ekonomi dan pelayanan publik.

Baca Juga

Erick mengambil contoh dua BUMN seperti  perusahaan industri sandang dan nusantara dan Kertas Kraft Aceh yang tidak maksimal dalam nilai ekonomi maupun pelayanan publik. "Ini masuk ke kategori ini akan diputuskan, salah disehatkan, diperbaiki, tapi mohon kerendahan hati kalau harus dilikudiasi," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/2).

Prioritas kedua ialah inovasi model bisnis. Erick meminta BUMN untuk fokus dalam core bussiness atau bisnis utama. Dengan fokus pada bisnis utama masing-masing, Erick menilai kinerja BUMN akan bisa jauh lebih optimal dan bersaing di dunia internasional.

Prioritas ketiga ialah kepemimpinan teknologi. Erick menilai pengembangan teknologi menjadi hal yang mau tak mau harus dilakukan di era disrupsi saat ini.

"Ini sesuatu menggelintik dan baru. Suka tidak suka, di era distrupsi ini terjadi. Banyak sekali bisnis model benar tapi karena disrupsi, bisnisnya tidak bisa jalan," ucap Erick.

Erick meminta sektor teknologi tak dilupakan dalam rencana pengembangan bisnis BUMN. Kondisi yang yang melatarbelakangi dirinya menyoroti kondisi PT Telekomunikasi Indonesia atau Telkom.

"Karena itu kemarin saya bicara bukan deskritkan Telkom atau BUMN lain, tapi saya memacu untuk inovasi," ucap Erick.

Erick berharap 'sentilan' dari dirinya memuat Telkom segera berbenah dalam mengembangkan bisnisnya. Terlebih, kata Erick, anggota Komisi VI DPR juga memberikan perhatian yang sama dengan memanggil direksi Telkom pada Rabu (19/2) kemarin. "Ini suatu percepatan agar mereka (Telkom) metamorfosis dan mengubah bisnis dari cara lama menuju yang baru," kata Erick.

Erick ingin Telkom melakukan transformasi dengan menyesuaikan bisnis dengan perkembangan zaman. Erick menilai Telkom tak sepantasnya hanya menjadi penonton mengingat Telkom memiliki kekuatan jaringan dan database yang besar.

"Sayang sekali data base ini atau jaringan ini diambil asing yang selalu bicarakan data base ini adalah the new oil karena dengan data orang bisa prediksi kapan orang Indonesia mau beli baju merah," ucap Erick.

Erick meminta database dapat dikelola secara maksimal guna ketahanan ekonomi nasional.

Berbicara prirotas keempat yakni peningkatan investasi, Erick meminta proyek yang dilakukan BUMN harus dijalankan atas proses bisnis yang benar. Tak sekadar melakukan proyek, Erick berharap proyek-proyek yang dilakukan BUMN mampu memberikan nilai tambah seperti menyerap lapangan kerja. Erick menilai peningkatan invetasi harus dibarengi dengan peningkatan pengembangan talenta. Salah satu yang dilakukan Kementerian BUMN untuk mengimplentasikan pengembangan talenta ialah dengan konsolidasi holding rumah sakit milik BUMN. Erick melirik kerja sama dengan Jepang yang memerlukan 350 tenaga kerja di rumah sakit yang ada di Jepang.

"Dengan jaringan rumah sakit bumn yang ada pusat training, tidak hanya TKI tapi tapi tenaga kerja yang ahli di bidang kesehatan. Saya harapkan Mei-Juni bisa kita manfaakan, dengan kerja sama jangka panjang. Hal-hal ini yang kita coba peningkatan investasi tidak hanya bisnis tapi nilai tambah," ucap Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement