Selasa 18 Feb 2020 20:13 WIB

Corona Diprediksi Pengaruhi Ekonomi Indonesia di Kuartal I

Pasar saham Indonesia diprediksi membaik pada bulan kelima.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia akan terasa pada kuartal pertama.
Foto: ANTARA FOTO
Dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia akan terasa pada kuartal pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Chief Economist and Investment Strategist PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan memprediksi, dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia akan terasa pada kuartal pertama. Namun demikian, dia memprediksi, dampak tersebut tidak terlalu signifikan. Prediksi tersebut didasarkan pada peristiwa serupa, yakni epidemik virus SARS dan MERS, yang juga terjadi di awal tahun.

"Jadi pada kuartal II akan ada harapan apabila polanya sama mengikuti kasus penyakit sebelumnya. Ini prediksi, bisa benar bisa salah, karena corona ini virus baru. Belum dapat dipastikan juga berapa panjang waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian virus baru tersebut," kata Katarina acara Standard Chartered 2020 Academy for Media di Hotel Shangri La Surabaya, Selasa (18/2).

Katarina tidak memungkiri adanya dampak virus corona terhadap pasar saham nasional. Namun, dampak negatif tersebut menurutnya tidak akan signifikan. Artinya, meskipun saat ini ada penurunan di pasar saham, namun tidak akan lama. Bahkan, dia memprediksi di bulan kelima 2020, pasar saham kembali normal.

"Prediksi ini kalau kita asumsikan seperti kasus penyakit sebelumnya, dan dampak corona kemungkinan satu kuartal, dan terhadap pasar saham kemungkinan empat bulan paling buruknya," ujar Katarina.

Katarina mengatakan, dampak virus corona paling banyak dirasakan negara-negara yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai PDB utama, seperti Thailand. Sementara untuk Indonesia, kata dia, dampak virus tersebut todak begitu terasa karena tidak mengandalkan pariwisata.

"Untuk Indonesia cukup beruntung, karena selama ini tidak terlalu banyak bergantung pada sektor pariwisata lantaran sektor ini hanya berkontribusi 1,8 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB)," ujar Katarina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement