Rabu 19 Feb 2020 05:00 WIB

Ekonom Harapkan Kartu Prakerja Perkuat Ketahanan Ekonomi RI

Wabah virus corona berpotensi berdampak pada pertumbuhan ekonomi RI.

 Ekonom Chatib Basri.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ekonom Chatib Basri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Chatib Basri mengharapkan program kartu prakerja dapat memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Terutama, kata Chatib, dari pengaruh perlambatan ekonomi global akibat wabah virus corona.

"Bisa dikasih program cash for training, kartu prakerja, misalnya dipakai untuk bantu itu," katanya usai menjadi pembicara seminar terkait kartu pra kerja di Jakarta, Selasa (18/2).

Baca Juga

Menurut dia, upaya itu dapat menjadi salah satu langkah memperkuat ekonomi domestik mengantisipasi dampak dari luar negeri. Dengan adanya pelatihan dalam program tersebut maka diharapkan pencari kerja terserap dunia usaha sehingga dapat mendorong daya beli masyarakat.

"Sebetulnya ini bagian yang didorong melalui daya beli bentuknya bisa padat kerja, kasih uang tunai atau training. Singapura melakukan itu waktu krisis finansial global," katanya.

Chatib mengatakan apabila ketahanan ekonomi domestik Indonesia bisa dijaga, maka pertumbuhan ekonomi RI diharapkan tetap stabil di tengah wabah virus corona yang merebak pertama kali dari China. Apalagi, lanjut dia, China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia sehingga pengaruhnya kepada Indonesia juga besar.

Ia menilai setiap satu persen pertumbuhan ekonomi China diperkirakan berkontribusi kisaran 0,1-0,3 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu tahun. "Jadi kalau China (pertumbuhan ekonomi) turun satu persen, mungkin pertumbuhan kita bisa turun 0,1-0,3 persen. Jadi kalau angka (pertumbuhan) kita terakhir 5 persen bisa di bawah lima persen bisa jadi 4,7-4,9 persen," imbuhnya.

Penghitungan itu, lanjut dia, jika mencermati pola yang sama sebagai akibat wabah penyakit pernafasan akut atau SARS yang sempat melemahkan ekonomi China.

Ia mengatakan pada kuartal pertama tahun 2003, pertumbuhan ekonomi China turun dua persen dari 11 persen menjadi 9 persen dan kembali naik pada kuartal kedua menjadi 10 persen dan kuartal selanjutnya tumbuh stabil.

Apabila dirata-rata, kata dia, selama satu tahun ketika terjadi SARS, pertumbuhan ekonomi China turun satu persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement