Senin 17 Feb 2020 15:20 WIB

Impor Konsumsi Naik, Terutama Bawang Putih dan Gula Rafinasi

Nilai impor barang konsumsi pada Januari 2020 adalah 1,46 miliar dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Pedagang menumpukan bawang putih impor dari Cina di Pasar Induk Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/2). Impor barang konsumsi pada bulan lalu meningkat 20,26 persen dibandingkan Januari 2019.
Foto: Antara/Ampelsa
Pedagang menumpukan bawang putih impor dari Cina di Pasar Induk Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/2). Impor barang konsumsi pada bulan lalu meningkat 20,26 persen dibandingkan Januari 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impor barang konsumsi pada bulan lalu meningkat 20,26 persen dibandingkan Januari 2019. Peningkatan signifikan terutama terjadi pada komoditas bawang putih (garlic, not for propagation) dan gula rafinasi (refined sugar) atau gula kristal putih/GKP.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bawang putih pada Januari mengalami kenaikan dua kali lipat. Pada Januari 2019, nilainya adalah 900 ribu dolar AS yang kemudian naik menjadi 1,8 juta dolar AS. Sementara itu, gula rafinasi yang biasa ditujukan untuk industri naik lebih tinggi hingga 150 persen, dari 400 ribu dolar AS menjadi 1,0 juta dolar AS.

Baca Juga

Tapi, Kepala BPS Suhariyanto tidak menjelaskan faktor penyebab kenaikan impor konsumsi yang signifikan tersebut. Ia hanya menjelaskan, masih banyak komoditas yang mengalami penurunan impor pada bulan lalu.

"Ada makanan dan minuman untuk rumah tangga yang turun 27,4 persen dan mobil penumpang turun 23,64 persen," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/2).

Secara nominal, nilai impor barang konsumsi pada bulan lalu adalah 1,46 miliar dolar AS, sedangkan pada Januari 2019 sebesar 1,21 miliar dolar AS. Berbeda dengan perbandingan tahunan, nilai impor pada Januari 2020 mengalami penurunan apabla dibandingkan Desember 2019 yang mencapai 1,65 miliar dolar AS.

Penurunan banyak terjadi pada komoditas buah segar. Suhariyanto menjelaskan, hal ini dikarenakan komoditas buah segar banyak diimpor pada Desember untuk keperluan perayaan Imlek pada Januari 2020.

Beberapa komoditas yang turun secara month-to-month (mtm) adalah jeruk mandarin dan anggur segar. Masing-masing komoditas ini turun 93,83 persen dan 99,77 persen pada bulan lalu dibandingkan Desember 2019.

Tren impor barang konsumsi tampak berbeda dibandingkan tren impor bahan baku/penolong. Kelompok ini justru mengalami kontraksi 7,35 persen secara tahunan. Begitupun dengan barang modal yang juga tumbuh negatif 5,26 persen jika dibandingkan Januari 2019.

Suhariyanto memperingatkan penurunan impor bahan baku dan barang modal harus diwaspadai. Dua golongan tersebut diketahui banyak digunaikan industri pengolahan dalam negeri. Artinya, apabila terjadi penurunan, kinerja industri manufaktur dapat digambarkan mengalami hambatan.

"Khususnya kalau memang belum ada substitusinya dari dalam negeri dan dibutuhkan oleh industri pengolahan," ujarnya.

Secara total, nilai impor Indonesia pada bulan lalu adalah 14,27 miliar dolar AS, sedangkan pada Januari 2019 sebesar 14,99 miliar dolar AS. Artinya, apabila dibandingkan yoy, terjadi penurunan 4,78 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement