Ahad 09 Feb 2020 09:04 WIB

Dampingi Jokowi, Bahlil Bahas Peluang Investasi di Australia

Sejak 2015, Australia baru berinvestasi sebanyak 1,8 miliar dolar AS di Indonesia.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Bahlil mendampingi Presiden Joko Widodo ke Australia untuk membahas investasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Bahlil mendampingi Presiden Joko Widodo ke Australia untuk membahas investasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia pada 8-10 Februari 2020. Di sana, Bahlil juga akan membahas peluang investasi Negeri Kanguru itu di Indonesia.

Dalam keterangan tertulis BKPM di Jakarta, Sabtu (8/2), Presiden Jokowi akan melakukan dua kegiatan utama, yaitu kunjungan kenegaraan dan menghadiri Annual Leaders Meeting (ALM) yang akan dihadiri oleh kedua pemimpin negara pada 9-10 Februari 2020. Selain untuk penerapan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) guna meningkatkan akses pasar Australia, kunjungan itu juga membahas peluang investasi Australia di Indonesia.

Baca Juga

Bahlil menyambut antusias pengesahan IA-CEPA sebab pemerintah akan memiliki payung hukum yang jelas untuk implementasi perjanjian. Bagi Indonesia, IA-CEPA diharapkan bisa menggenjot ekspor barang-barang ke Australia karena selama ini defisit neraca perdagangan hampir mencapai tiga miliar dolar AS.

"Hal ini sejalan dengan target investasi pada peningkatan sektor industri berorientasi ekspor. Sekarang peluang pasar diperluas. Ini jadi modal kami untuk 'jualan' kepada investor yg mau masuk ke Indonesia," ujar Bahlil.

Mantan Ketua Umum Hipmi itu menambahkan kemudahan tarif dan nontarif yang ada dalam IA-CEPA menjadi kesempatan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk memicu penjualan produk-produk ke Australia.

"Mari kita lihat apakah efektif untuk membantu para UMKM kita. Kalau belum, kita review apa yang perlu diperbaiki," ujarnya.

Tidak hanya itu, IA-CEPA juga mengatur kerja sama di bidang pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan vokasi. Australia dapat berkolaborasi dengan beberapa startup dan UMKM Indonesia untuk membuka lapangan pekerjaan dan memberikan dampak sosial.

"Australia jangan hanya investasi di sektor pertambangan saja, tetapi perlu juga di sektor pendidikan vokasi supaya upgrade skill pekerja Indonesia. Jadi pekerja Indonesia sudah siap masuk kelapangan kerja maupun menciptakan lapangan pekerjaan menjadi social entrepreneur," pungkas Bahlil.

Dalam kurun waktu 2015-2019, Australia baru berinvestasi sebanyak 1,8 miliar dolar AS yang berada di peringkat 12 asal negara investor di Indonesia. Sektor yang mendominasi adalah pertambangan (44,7 persen), industri logam tidak termasuk permesinan dan peralatan industri (11,3 persen) serta perkebunan dan peternakan (9,4 persen). Sementara, lokasi investasi Australia terfokus di Kalimantan (23,5 persen) dan Sumatera (23,1 persen).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement