REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) dan Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini masih akan berada di bawah lima persen. Penyebabnya, ekonomi global masih dirundung ketidakpastian yang ditambah dengan potensi dampak penyebaran virus corona dari China.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama mengarah pada tingkat 4,9 persen. Angka tersebut merupakan batas bawah proyeksi CORE sepanjang tahun ini, yakni 4,9 hingga 5,1 persen.
Faisal menuturkan, prediksi tersebut berdasarkan kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih belum menemukan titik akhir dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) atau Brexit. Selain itu, ada tensi perang dagang antara Iran dengan AS yang mempengaruhi harga minyak dunia.
"Belum lagi ada virus corona yang menjadi peristiwa paling besar di kuartal ini," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/2).
Bahkan, Faisal menilai, tidak menutup kemungkinan apabila pencapaian kuartal pertama ini lebih lambat dibandingkan kuartal keempat tahun lalu yang tumbuh 4,97 persen. Prediksi ini berkaca dari tren perlambatan yang sudah terjadi sejak kuartal II 2018.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2018 berada di tingkat 5,27 persen. Angka ini terus turun ke 5,17 persen pada kuartal selanjutnya dan terakhir menjadi di bawah lima persen pada kuartal lalu.
Proyeksi di bawah lima persen pada kuartal pertama disebutkan Faisal sebagai hal yang sulit dihindari. Sebab, pemerintah hanya memiliki waktu satu bulan apabila ingin memperbaiki ekonomi pada kuartal pertama ini.
"Sedangkan, untuk pertumbuhan ekonomi itu kan membutuhkan langkah yang tidak dilakukan secara instan dan dampaknya tidak cepat," katanya.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan pemerintah kini untuk mengantisipasi perlambatan lebih dalam adalah menghalangi outbreak virus corona. Saat ini saja, Faisal mengatakan, penyebaran virus Corona sudah berefek ke ekonomi Indonesia. Pasalnya, China merupakan negara mitra dagang utama Indonesia, dari sisi ekspor-impor ataupun investasi.
"Jumlah wisatawan dari China ke Indonesia pun tertinggi kedua," katanya.
Apabila virus ini sampai masuk ke dalam negeri, Faisal menuturkan, dampak buruk lebih besar akan terjadi pada Indonesia, terutama dari sisi ekonomi. Kebijakan yang sekarang sedang dibangun pemerintah seperti Omnibus Law dan sebagainya tidak akan berpengaruh.