REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Bank Sentral China menyatakan akan menyuntikkan likuiditas ke pasar uang sebesar Rp 2.436 triliun, Senin (3/2), melalui operasi reverse repo. Suntikan dana segar tersebut diklaim untuk mengantisipasi kondisi keuangan yang terdampak virus corona.
Otoritas China telah berjanji menggunakan berbagai kebijakan moneter untuk memastikan likuiditas cukup. Langkah moneter ini juga dilakukan untuk mendukung perusahaan yang terdampak virus corona.
Kebijakan tersebut diumumkan oleh Bank Rakyat China pada Ahad (2/2). Suntikan dana ini akan menambah total likuiditas di sistem perbankan China menjadi 900 miliar yuan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Para investor melakukan aksi tahan saat pasar China bergerak volatile. Pasar saham, mata uang dan surat utang China ditutup sejak 23 Januari lalu dan dibuka kembali pada perdagangan Jumat (31/1) kemarin.
Komisi Regulator Sekuritas China (CSRC) menyatakan mengambil keputusan tersebut setelah mempertimbangkan sejumlah faktor. Komisi juga percaya dampak virus corona terhadap pasar hanya akan berlangsung jangka pendek.
Untuk mendukung perusahaan yang terdampak virus corona, CSRC mengatakan perusahaan dapat mengajukan perpanjangan gadai saham dengan perusahaan sekuritas. CSRC juga akan mendesak investor obligasi korporasi memperpanjang tanggal jatuh tempo utang.