Jumat 31 Jan 2020 16:12 WIB

Japan Credit Rating Naikkan Peringkat Utang Indonesia

Japan Credit Rating memberikan peringkat utang Indonesia BBB+ outlook stable

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Japan Credit Rating Agency Ltd (JCR).
Japan Credit Rating Agency Ltd (JCR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Lembaga pemeringkat utang, Japan Credit Rating (JCR) telah menaikkan peringkat utang Indonesia pada posisi BBB+ outlook stable. Sebelumnya pada bulan April 2019, JCR telah memberikan peringkat utang Indonesia BBB dengan outlook positive

Dalam Siaran Pers Kementerian Keuangan, Jumat (31/1), JCR menyampaikan peningkatan tersebut berdasarkan penilaian tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat ditopang oleh konsumsi domestik, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan utang Pemerintah Pusat yang terkendali, ketahanan terhadap gejolak eksternal, yang didukung oleh nilai tukar yang fleksibel serta kebijakan moneter dan cadangan devisa yang cukup kuat.

Baca Juga

JCR mengapresiasi reformasi berkelanjutan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo, termasuk reformasi belanja pemerintah dan pembatasan subsidi bahan bakar, serta pengembangan infrastruktur yang terus mengalami kemajuan dan lebih cepat dari yang diharapkan.

Selain itu, JCR juga menaruh perhatian pada upaya penyederhanaan peraturan melalui Omnibus Law untuk memfasilitasi Foreign Direct Investment (FDI) sebagai penyeimbang defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).

JCR menganggap bahwa pemangkasan defisit fiskal menjadi 1,76 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam APBN 2020 dan upaya menekan utang Pemerintah Pusat menjadi kurang dari 30 persen terhadap PDB merupakan rencana yang feasible dapat dicapai oleh pemerintahan saat ini.

"Kenaikan peringkat utang JCR merupakan bentuk pengakuan JCR atas ketahanan kondisi perekonomian Indonesia di tengah tantangan perekonomian global yang tidak pasti. Pemerintah Indonesia memanfaatkan penilaian peringkat kredit JCR untuk mendorong peningkatan investasi langsung dari luar negeri dan masuk ke pasar obligasi Jepang," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti.

Ia menyatakan, tahun 2019 lalu, pemerintah berhasil menerbitkan Samurai Bond dengan tenor-tenor yang relatif panjang dengan tingkat imbal hasil (yield) yang semakin kompetitif, dimana ini merupakan transaksi Samurai Bond melalui public offering yang terbesar oleh sebuah negara di Asia.

Capaian tersebut mencerminkan bahwa kepercayaan investor Jepang yang terkenal sangat teliti dan hati-hati semakin meningkat dalam menginvestasikan dananya pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement