Kamis 30 Jan 2020 06:51 WIB

Operasikan Rute Berbasis Satelit, Airnav Hemat Rp 10 Miliar

Selain efisien, rute berbasis satelit akan meningkatkan keselamatan penerbangan.

Petugas mengamati pesawat yang mendarat dari tower atau menara milik AirNav Indonesia di Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (16/10/2019).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mengamati pesawat yang mendarat dari tower atau menara milik AirNav Indonesia di Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (16/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia akan mengoperasikan rute penerbangan domestik berbasis satelit. Rute berbasi satelit ini dinilai akan meningkatkan efisiensi penerbangan di ruang udara Indonesia.

Direktur Operasi AirNav Indonesia Mokhammad Khatim dalam menjelaskan, penerapan rute domestik berbasis satelit atau Performance Based Navigation (PBN) ini diperkirakan menghemat avtur hingga Rp 10,5 miliar per bulan. Khatim menuturkan rute PBN ini akan menghubungkan empat bandara besar Indonesia.

Keempat bandara itu ialah Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Bandara Juanda di Surabaya, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, dan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Rute ini menghemat jarak rata-rata tujuh nautical mile pada sekitar 7.519 perbangan dalam satu bulan.

"Jika asumsinya tujuh nautical mile bisa menghabiskan 25 liter avtur seharga Rp 200 ribu per penerbangan, artinya tujuh nautical mile dikalikan 7.519 penerbangan dikalikan Rp 200 ribu hasilnya kami bisa memberikan efisiensi sekitar Rp 10,5 miliar per bulan kepada maskapai,” kata Khatim dalam keterangan tertulis, Kamis (30/1).

Rute ini resmi beroperasi pada 30 Januari 2020 pukul 00.00 UTC atau 07.00 WIB. Dia mengaku sudah mengundang pemangku kepentingan penerbangan nasional seperti maskapai, TNI dan Kementerian Perhubungan untuk sosialisasi implementasi rute ini pada Selasa (20/1).

"Kami akan mentransformasikan layanan navigasi pada rute-rute yang menghubungkan keempat bandara tersebut dari yang sebelumnya ground-based menjadi satellite-based,” kata dia.

Ia menjelaskan implementasi rute berbasis satelit pada rute yang dikenal dengan istilah Tango I-VI ini akan meningkatkan keselamatan penerbangan. Bagi maskapai, rute ini akan lebih nyaman, kapasitas ruang udara akan dapat dioptimalkan.

"Hal ini akan berdampak terhadap penurunan penggunaan avtur karena penerbangan yang menghubungkan keempat bandara tersebut menjadi direct dan lebih presisi serta tentunya upaya ini sejalan pula dengan upaya industri penerbangan untuk lebih go green,” papar dia.

Pengembangan rute domestik ini, menurut Khatim, adalah mandat dari International Civil Aviation Organization (ICAO) Doc 9750 Global Air Navigation Plan (GANP) dan Aviation System Block Upgrade (ASBU) dengan prioritas pada block O 2013-2018.

"Pada fase dua nanti yang rencananya akan kami luncurkan pada 30 Mei 2020 mendatang akan diimplementasikan pula rute domestik berbasis satelit yang menyambungkan Sumatera, Balikpapan, Kupang, Papua dan beberapa rute internasional,” kata dia.

Implementasi rute berbasis satelit ini juga diklaimnya akan mengurangi konflik yang mungkin terjadi dengan rute-rute domestik lain yang bersinggungan dan belum menggunakan PBN.

“Dengan implementasi rute PBN ini, kami tidak langsung menghapus rute konvensional. Jadi baik penerbangan sipil maupun militer bisa menggunakan rute PBN ini atau juga masih bisa menggunakan rute konvensional yang selama ini telah ada,” tutup Khatim.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement