Selasa 28 Jan 2020 14:51 WIB

Kementan Kejar Ekspor Hortikultura Tembus Rp 6,87 Triliun

Target tersebut tercatat naik sekitar 18,6 persen dari realisasi ekspor.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Kementan dengan Pemda Garut bersinergi melalui program pengembangan kawasan hortikultura.
Foto: Kementan
Kementan dengan Pemda Garut bersinergi melalui program pengembangan kawasan hortikultura.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengejar peningkatan ekspor produk hortikultura tahun 2020 tembus Rp 6,87 triliun. Target tersebut tercatat naik sekitar 18,6 persen dari realisasi ekspor hingga akhir 2019 sebesar Rp 5,79 triliun.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto menuturkan, ia bersama jajarannya telah melakukan pendataan detail mengenai potensi komoditas hortikultura yang siap menjamah pasar ekspor. Prihasto juga mengaku telah mengantongi lengkap data para eksportir beserta jenis usaha yang dioperasikan.

Baca Juga

"Kita sudah identifikasi semua by name by addres. Lokasinya di mana, komoditas apa, kapan panennya, ekspor biasa kemana sampai nomor teleponnya. Tahun ini kita akan tingkatkan ekspor," kata Prihasto saat ditemui di Margo Hotel Depok, Jakarta, Selasa (28/1).

Target nilai ekspor sebesar Rp 6,87 triliun terdiri dari komoditas olahan hortikultura Rp 3,9 triliun, sayuran Rp 1,6 triliun, buah-buahan Rp 1,3 triliun, florikultura Rp 30,5 miliar, serta biofarmaka Rp 18,7 miliar. Pangsa pasar ekspor terbesar yakni Eropa, Asia, dan Timur Tengah.

Ia menuturkan, hingga saat ini terdapat 13 komoditas unggulan hortikultura yang telah menembus pasar ekspor. Berdasarkan penghitungan ulang Kementan, total potensi ekspor komoditas itu mencapai Rp 22,1 triliun atau empat kali lipat dari realisasi ekspor hortikultura tahun lalu.

Adapun, 13 komoditas unggulan tersebut di antaranya yakni pisang, mangga, manggis, durian, salak, nanas, krisan, dracaena, wortel, kentang, kubis, jahe, dan kunyit. Prihasto menyebut, diluar tiga komoditas itu, terdapat pula ekspor bawang merah olahan yang telah dimulai oleh pelaku usaha dalam negeri.

Prihasto menegaskan, potensi ekspor hingga Rp 22,1 triliun itu jika berbagai hambatan non tarif di negara tujuan ekspor bisa dikurangi. Sementara itu, penggenjotan produksi dalam negeri terus dilakukan dengan sistem klasterisasi untuk mempermudah manajemen pascapanen.

"Kita sudah buat sebuah lembar komitmen yang harus ditandatangani setiap kepala dinas pertanian untuk komitmen. Mereka harus ikut identifikasi," kata Prihasto.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menambahkan, subsektor hortikultura menjadi andalan dalam sektor pertanian. Sebab, Indonesia sebagai negara subtropis mampu menjadi penyuplai komoditas tropis seperti buah-buahan yang dibutuhkan negara subtropis.

Karena itu, Syahrul menegaskan bahwa Kementan akan lebih fokus untuk menembus pasar-pasar ekspor demi bisa memperluas akses pasar. Ke depan, Syahrul secara khusus menyebut komoditas tanaman obat-obatan dan rempah harus mulai diseriusi. "Harus ada konsepsi perencanaan dan poin-poin inti yang harus kita buat," kata Syahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement