REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemasaran beras berorientasi ekspor menjadi prioritas program Kementerian Pertanian (Kementan). Tahun 2020 Kementan menargetkan ekspor beras sebanyak 500 ribu ton. Dalam rangka mendukung program tersebut, Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman menginisisi program Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) yang melibatkan juga usaha-usaha penggilingan.
Dalam menjalankan perannya, Kementan tidak dapat bekerja sendiri, perlu keterlibatan semua pihak baik Kementerian/ Lembaga pemerintah maupun non pemerintah agar dapat bergerak pada aspek hulu hingga hilir termasuk dengan para pengusaha Pengglingan Padi dan Pengusaha Beras yang tentunya dapat berkontribusi positif dalam pembangunan pertanian nasional.
“Modernisasi pertanian dapat terbentuk jika ekosistem pertanianya tersambung dari awal hingga akhir, sehingga apabila pertanian maju maka aspek-aspek lain juga turut maju, “ ujar Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam Pencanangan dan Sosalisasi Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) Tahun 2020 di Margo Hotel, Depok, Jawa Barat, Senin (13/1).
Untuk itu, melalui Kostraling ini Mentan mengajak para pelaku usaha penggilingan padi agar dapat bekerjasama dengan poktan/Gapoktan khususnya yang pernah menerima alat Rice Milling Unit (RMU)/dryer agar saling bantu guna dapat menjaga kualitas produknya, termasuk dalam hal pemasarannya.
“Saya berharap seluruh pelaku usaha penggilingan padi dapat bergabung dengan Kostraling, saya berikan kesempatan kepada yang memang siap dan punya integritas untuk membantu dan berfungsi menjadi muara akhir dari ekosistem pertanian, “ kata Syahrul.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pencapaian kualitas beras adalah kadar air, derajat sosoh, kepecahan, rasa dll yang lebih banyak dipengaruhi oleh penanganan Pasca Panen termasuk yang dilakukan dengan alat penggiling atau RMU maupun dengan alat pengering atau Dryer yang biasanya dikelola oleh pengusaha penggilingan yang juga merupakan atau bekerjasama dengan petani/poktan/gapoktan.
“RMU yang baik apabila prosesnya juga baik dan tidak menyisakan broken yang banyak, untuk itu pilihkan saya orang yang mau bertempur dengan saya mulai bulan Maret ini," terang Syahrul.
Lebih lanjut Syahrul menjelaskan bahwa Konstraling dalam hal ini adalah sebagai penanggung jawab dan penyangga di bidang pangan. Mengingat agenda tahun ini Mentan merencanakan akan mengekspor beras ke berbagai negara.
“Tujuan dari Kostraling tidak hanya menyediakan stok beras Nasional, tetapi juga yang sudah berorientasi pada ekspor, karena yang meminta beras dari kita juga sudah ada," jelasnya.
Sementara itu, Syahrul pun menuturkan bahwa bulan Januari mulai memasuki masa panen, sedangkan bulan Februari sudah masuk 30-40 persen dan pada bulan April diprediksi akan menjadi puncak panen di beberapa daerah.
“Untuk itu perlu kita rumuskan nantinya siapa yang siap untuk menyerap dan menggiling hasil panen dari petani," tuturnya. Dalam kesempatan tersebut Syahrul juga mengungkapkan 3 agenda utama yang akan dijalankan Kostraling antara lain, agenda Quick Wins yaitu agenda untuk penyerapan padi dan gabah pada bulan Maret, lalu agenda Mempersiapkan Kostraling lebih kuat dengan kebenaran sistem dan yang terakhir adalah Permanen agenda yaitu mempersiapkan semua wilayah RMU secara jelas.
“Intinya adalah penggilingan padi dibutuhkan oleh pertanian, karena tanpa penggilingan padi maka padi tidak akan menjadi beras," tandasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan industri penggilingan harus siap dan sanggup menyerap gabah petani serta memperbanyak lagi gudang-gudang di penggilingan padi.
"Dalam hal ini, Kementan memiliki program Quick wins, dimana penggilingan bermitra dengan petani dan konsumen. Pasokan harus sustain menjadi hal yang paling utama," jelasnya.
Suwandi menyebutkan ada kerjasama dengan penggilingan padi untuk ekspor beras 300 ribu ton tahun ini. Selanjutnya pihaknya akan menindaklanjuti dengan membangun nota kesepahaman.
"Pangsa ekspor yang yang potensial di Timur Tengah, PNG dan negara lain," sebutnya.