REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Boeing menyatakan rencananya untuk kembali mempekerjakan 3.000 karyawannya. Berdasarkan pemberitaan Business Insider, Boeing tidak berkeinginan untuk memecat karyawannya, meski perusahaan yang berbasis di Chicago ini menghentikan produksi pesawat Jet 737 MAX pada pertengahan Januari.
Sementara itu, perusahaan supplier Boeing, Spirit AeroSystems Holding, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja karyawan karena perusahaan menghentikan produksi. Hal ini mengakibatkan banyak pegawai mereka terancam kehilangan pekerjaan.
Boeing mengirimkan surat elektronik kepada karyawannya bahwa sebagian dari mereka yang terpilih, terutama yang berdomisili di area pesisir, akan menjalani kontrak kerja untuk pengerjaan pesawat 767 dan 777/777 X di Everett, Washington. Sementara itu, mereka yang tinggal di area South Carolina akan mendukung program pembuatan pesawat 787 di pabrik South Carolina.
Karyawan lainnya dari area Renton akan dikaryakan menjadi staf pergudangan di Moses Lake, Washington, dan Victorville, Kalifornia. Boeing belum menjelaskan lebih lanjut kapan produksi pesawat 737 MAX akan dilanjutkan.
Pesawat seri 737 MAX didaratkan oleh banyak maskapai di dunia sejak Maret 2019 sejak terjadi insiden yang mengakibatkan ratusan orang tewas. Bulan lalu, Kepala Eksekutif Boeing, Dennis Muilenburg mengundurkan diri, setelah dia berkali-kali gagal menjelaskan jatuhnya beberapa pesawat 736 MAX.
Pada mulanya, 737 MAX menjadi produk andalan dan kebanggaan Boeing . Namun, pada Oktober 2018, pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air jatuh dan menewaskan 189 penumpang.
Setelah itu, pesawat jenis sama yang dipakai Ethiopian Airlines pada hari Ahad jatuh dan menewaskan 157 penumpang. Kejadiannya tidak jauh berbeda, kedua pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas. Sejak itu, banyak maskapai antarnegara melarang penggunaan Boeing 737 MAX 8, hingga ada kejelasan penyebab kecelakaan.