REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Garuda Indonesia (Persero) akan melakukan restrukturisasi terhadap anak usaha. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Fuad Rizal menyampaikan keputusan restrukturisasi anak usaha akan disampaikan saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada 22 Januari 2020.
"Ada permintaan review pada anak dan cucu perusahaan, kita sudah lakukan. Restrukturisasi anak usaha biarkan nanti diputuskan oleh direksi setelahnya," ujar Fuad saat jumpa pers di Garuda City Center, Tangerang, Jumat (27/12).
Fuad mengatakan dirinya hanya diberi amanah untuk menjaga kelangsungan operasional hingga RUPSLB tiba. "Biarkan nanti diputuskan oleh direksi. Mandat saya adalah menjaga operasional perusahaan sampai dengan RUPSLB. Memang ada permintaan restrukturisasi tapi nanti akan ditindaklanjuti," kata Fuad.
Soal gemuknya anak hingga cicit BUMN, termasuk Garuda menjadi sorotan Menteri BUMN Erick Thohir. Mantan pemilik Inter Milan itu menilai, Gapura, salah satu anak usaha Garuda Indonesia yang bergerak pada ground handling bergerak pada bisnis yang tidak sesuai dengan core business induknya. Erick menilai mestinya bisnis ground handling yang selama ini dikerjakan oleh Gapura bisa diakomodir oleh Angkasa Pura sebagai perusahaan operator bandara.
"Kemarin saya review Garuda. ( Anak usaha) Gapura yang namannya management handling itu nggak usah di Garuda. Lebih baik di AP (Angkasa Pura) saja yang manage (perusahaan) itu," ujar Erick di DPR, Senin (2/12).
Ke depannya, Erick menyatakan bakal memperketat perusahaan BUMN dalam membentuk anak usaha. Dia ingin pembentukan anak usaha dilakukan dengan langkah yang jelas.
"Ini business model harus diperbaiki supaya bisa compete (bersaing) dan bagus," ucap dia.
Tak hanya Gapura, Erick juga tergelitik dengan cucu perusahaan Garuda Indonesia yang bernama Garuda Tauberes Indonesia.
"Mohon maaf buat saya ini menggelitik. Ada cucu perusahaan Garuda namanya Garuda Tauberes Indonesia. Saya belum tahu detailnya, tapi coba itu ada Garuda Tauberes Indonesia," katanya seraya tertawa kemudian menutup sesi wawancara seusai pelantikan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) di Jakarta, Jumat (13/12).
Erick mengatakan, ia sudah mengarahkan untuk mengkaji perusahaan BUMN beserta anak cucunya, termasuk direksi yang punya jabatan berlapis-lapis di anak-anak usaha. Menurut dia, tidak etis dan tidak sehat jika seorang direktur punya jabatan komisaris di lebih dari dua perusahaan anak atau cucu.
"Saya belum lihat aturan pastinya, tapi kalau belum ada, ya nanti kita buat," katanya.