REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembiayaan pemilikan rumah (KPR) syariah terus meningkat signifikan pada portofolio KPR di PT Bank Permata Tbk. Jumlahnya mencapai 42 persen dari total KPR di bank dan ditargetkan mencapai 45 persen pada tahun depan.
Sharia Banking Director Permata Bank Herwin Bustaman menyampaikan KPR syariah tumbuh sekitar 5-6 persen per tahun. Per September 2019, nilainya sekitar Rp 7 triliun. Hingga akhir tahun diproyeksikan bisa mencapai delapan persen.
"Porsi KPR Syariah terus naik, sekarang 42 persen," katanya usai peluncuran produk Permata Bank iB Bijak, Senin (23/12).
Head Mortgage PermataBank, Dewi Damajanti Widjaja menyampaikan potensi pasar syariah terus meningkat setiap tahunnya. Apalagi untuk tipe rumah di bawah harga Rp 1 miliar yang mayoritas untuk dipakai sendiri.
Menurutnya, pembelian rumah dengan harga sekitar Rp 600 juta-Rp 700 juta masih tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Namun jika melihat jumlahnya, tipe dengan harga Rp 300 jutaan tumbuh paling tinggi.
"Kalau kita lihat developer dengan harga segitu Rp 300 jutaan, pasti lebih banyak, jadi kita perluasan kerja sama ke developer yang ticket size-nya lebih kecil juga," katanya.
Sebagian besar nasabah KPR Bank Permata berusia sekitar 30-40 tahun. Sehingga diharapkan dengan peluncuran produk baru PermataBank iB Bijak dengan tenor panjang bisa menarik bagi generasi muda.
Ia optimistis produk baru ini akan dicari pasar karena punya keunggulan yang tidak ada di bank-bank lain. Bank Permata punya strategi tetap bermain di secondary market dan membuka pasar di primary market.
"Kalau sekarang kita juga akan fokus ke primary market karena kita lihat dari developer penjualan tahun depan akan lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya jadi kita akan fokus ke sana, secondary tetap," katanya.
Tahun ini porsi secondary market sekitar 30 persen dan tahun depan diturunkan di 24 persen. Bank Permata juga akan terus menambah rekanan pengembang sehingga bisa meningkatkan potensi pasar.