Kamis 19 Dec 2019 19:51 WIB

Pupuk Indonesia, Tiga Langkah Perkuat Platform Bisnis

Industri pupuk dunia dalam kondisi over supply.

Rep: Yosa Maulana (swa.co.id)/ Red: Yosa Maulana (swa.co.id)
 Aas Asikin Idat, Direktur Utama Pupuk Indonesia
Aas Asikin Idat, Direktur Utama Pupuk Indonesia

Baca Juga

Mengacu pada data Annual Report 2018, PT Pupuk Indonesia masuk dalam 10 besar jajaran perusahaan pupuk global. Dilihat dari sisi pendapatan, posisinya pada tahun 2017 di peringkat 6, mengantongi 4,3 miliar dolar AS (Rp 62,9 triliun). Tahun lalu (2018), posisinya tetap sama dengan pendapatan 4,7 miliar dolar AS (Rp 69,4 triliun).

Ini adalah pencapaian yang layak diapresiasi. Terlebih, industri pupuk dunia dalam kondisi over supply. Aas Asikin Idat, Direktur Utama Pupuk Indonesia, menerangkan bahwa produksi pupuk dunia mencapai 300 juta ton, sementara level penggunaannya hanya di kisaran 180 juta ton.

Jelas, ini situasi yang tidak mudah. Sebab, kondisi ini menuntut perusahaan pupuk beroperasi secara efisien bila ingin mampu bersaing. Tak terkecuali, Pupuk Indonesia. Apa yang terjadi?

Menurut Aas, bagi Pupuk Indonesia, kesulitan yang menghadang adalah seputar harga bahan baku, terutama gas, yang menyedot 70 persen ongkos produksi. Ironisnya, Indonesia termasuk yang termahal dalam urusan bahan baku tersebut.

Menghadapinya, Pupuk Indonesia pun membenahi sekaligus memperkuat platform bisnisnya. Dalam urusan ekosistem bisnisnya, tiga langkah pembenahan serta penguatan telah dilakukan.

Pertama, pada alur produsen ke distributor. Mereka telah menggunakan web commerce dan aplikasi gudang. Hasilnya, transaksi menjadi online, data lebih akurat, dan monitoring dilakukan real-time sehingga efisien.

Kedua, pada alur distribusi ke kios. Pupuk Indonesia mengadakan Sistem Informasi Niaga (SIAGA). Akses informasi penebusan pupuk subsidi diakses secara terbuka, akurat, dan real-time, dengan tipe platform yang web based.

Ketiga, interaksi Pupuk Indonesia dengan stakeholders-nya telah menggunakan Sistem Layanan Pelanggan Terintegrasi dan Whistle Blowing System. Hasilnya, tersedia sarana komunikasi dan informasi antara perusahaan, produsen (Anper), dan pelanggan (serta calon pelanggan) yang terintegrasi. Selain itu, juga tersedia publikasi seputar mekanisme dan dugaan pelanggaran yang dilakukan secara real- time.

Dalam melakukan penguatan platform bisnis, Pupuk Indonesia sejauh ini tetap pada koridor nilai-nilai GCG. Yang pasti, kinerja BUMN ini terus menunjukkan peningkatan. Laba bersih naik dari Rp 3 triliun (2017) menjadi 4,2 triliun (2018). Total aset dari Rp 128 triliun menjadi Rp 138 triliun. Sementara dalam penilaian CGPI 2018, tergolong Trusted dengan skor 82,32. (*)

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement