REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pasar valuta asing relatif stabil pada akhir perdagangan Senin (16/12) mengantisipasi perincian lebih lanjut dari perjanjian perdagangan Amerika Serikat-Cina. Seperti diketahui, kesepakatan dagang fase pertama antara Washington dan Beijing telah selesai.
Kesepakatan yang diumumkan pada Jumat (13/12), setelah lebih dari dua setengah tahun perundingan maju-mundur antara Washington dan Beijing, akan mengurangi beberapa tarif AS untuk barang-barang China dengan imbalan pembelian produk-produk pertanian, manufaktur dan energi AS sekitar 200 miliar dolar AS selama dua tahun ke depan. Tetapi meskipun delegasi perdagangan China menyatakan optimisme tentang kesepakatan itu, beberapa pejabat pemerintah berhati-hati.
"Kesepakatan itu adalah pencapaian bertahap, dan tidak berarti bahwa sengketa perdagangan diselesaikan sekali dan untuk semua," kata sumber Reuters di Beijing.
Perhatian atas masa depan pembicaraan perdagangan mendorong indeks dolar turun 0,15, terakhir di 97,030. Yuan China dan dolar Australia yang sensitif terhadap perdagangan, keduanya turun dari tertinggi empat bulan pekan lalu.
"Investor valas melihat semi-kesimpulan dari kesepakatan 'fase satu' pada 12 Desember dan sangat gembira, tetapi kembali ke meja pada 13 Desember dengan perasaan memiliki lebih banyak pertanyaan daripada jawaban nyata," kata Stephen Gallo, kepala strategi valuta asing Eropa di BMO Capital Markets.
Euro, yang telah melonjak terhadap dolar pada Jumat (13/12) ke tertinggi empat bulan di 1,1199 dolar AS menarik kembali sebagian besar kenaikan tersebut, terakhir di 1,1146 dolar AS, namun naik sedikit selama perjalanan perdagangan Senin. Yen Jepang, aset safe haven yang diuntungkan dari ketidakpastian pasar, mencapai level terendah dua pekan pada Jumat. Yen sedikit lebih kuat pada Senin untuk perdagangan terakhir diperdagangkan di 109,57 yen per dolar AS.