Kamis 12 Dec 2019 13:57 WIB

Revitalisasi Jadi Jurus Pupuk Indonesia Tekan Konsumsi Gas

Revitalisasi dilakukan dengan mengganti pabrik tua yang sudah boros konsumsinya.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah pekerja membongkar pupuk nonsubsidi produksi PT Pupuk Kaltim (Pupuk Indonesia Grup) dari kapal di Pelabuhan Rakyat Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (13/6/2019).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah pekerja membongkar pupuk nonsubsidi produksi PT Pupuk Kaltim (Pupuk Indonesia Grup) dari kapal di Pelabuhan Rakyat Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (13/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) telah menjalankan strategi dalam rangka mengantisipasi persoalan pasokan gas di industri pupuk dan petrokimia. Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, mengatakan, strategi tersebut di antaranya melalui program revitalisasi pabrik tua hingga optimalisasi penggunaan gas untuk bahan baku.

Wijaya mengatakan, langkah tersebut sejauh ini cukup efektif dalam mengurangi konsumsi gas pabrik-pabrik pupuk milik anak perusahaannya. Selain menambah kapasitas, revitalisasi pabrik ini bertujuan juga untuk mengganti pabrik-pabrik tua yang sudah boros konsumsi bahan bakarnya dengan pabrik baru yang jauh lebih efisien.

"Contohnya, ada pabrik yang sudah tua dengan rata-rata konsumsi gas mencapai 40 MMBTU, kami ganti dengan pabrik baru yang konsumsi gas nya hanya 26 MMBTU, itu sudah penghematan yang cukup signifikan," kata Wijaya di Jakarta, Kamis (12/12).

Selain itu, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia juga dapat menghemat konsumsi gas melalui optimalisasi pemakaian gas yang difokusnya hanya sebagai bahan baku. Sebelumnya, gas tidak hanya untuk bahan baku produksi pupuk, tapi juga sebagai sumber energi utilitas pabrik seperti listrik, steamed, hingga uap.

"Kini utility-nya kita ganti dengan batu bara, sementara gas kami maksimalkan sebagai bahan baku," kata Wijaya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement