REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara berencana untuk merampingkan jumlah perusahaan dari saat ini sebanyak 14 menjadi hanya 5 perusahaan. Perampingan itu dinilai demi memacu efisiensi perusahaan dan meningkatkan efektivitas pengelolaan perkebunan.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PTPN III Holding, Abdul Ghani, mengatakan, pihaknya telah mengusulkan kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara terkait perampingan tersebut. "Sesuai arahan Pak Menteri BUMN (Erick Thohir) untuk mengurangi jumlah BUMN, kami sudah rencanakan ini dan usulkan menjadi lima," ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/12).
Menurut Abdul, perampingan jumlah Holding Perkebunan Nusantara menjadi bagian dari upaya peningkatan kinerja. Dengan begitu, tingkat produktivitas dan efisiensi biaya operasional bisa terus ditekan demi mendapatkan penambahan laba.
Adapun, pembagian dalam perampingan perusahaan dilakukan berdasarkan letak kewilayahan dan komoditas yang menjadi bisnis utama. Sebagai informasi, komoditas yang menjadi core business PTPN I hingga XIV cukup beragam dimulai dari kelapa sawit, karet, tebu, hingga kopi. Total luas lahan perkebunan yang dimiliki oleh Holding Perkebunan Nusantara mencapai 1,18 juta hektare.
"Dengan cara seperti itu, dari jumlah yang banyak dan terpecah-pecah ketika lebih sedikit tentunya akan menjadi lebih efisien dan konsolidasi akan lebih mudah," kata dia.
Seiring dengan rencana perampingan perusahaan, Holding Perkebunan Nusantara juga akan mengimbanginya dengan menurunkan jumlah rekrutmen karyawan. Karyawan yang ada, ditingkatkan kompetisinya agar dapat membawa kinerja perusahaan holding lebih efisien.
Lebih lanjut, Abdul juga mengatakan bakal mulai masuk merambah bisnis pengembangan ritel. Sejauh ini, mayoritas bisnis PTPN lebih pada produksi komoditas di hulu. Jika perusahaan bisa melakukan hilirisasi dan memasarkan produknya ke ritel, akan ada nilai tambah dalam jumlah besar yang bisa dikantongi holding.
Ia menargetkan, rencana untuk menjalin kerja sama dengan ritel dalam memasok produk jadi akan direalisasikan mulai Januari 2020 untuk komoditas gula dan minyak kelapa sawit. "Untuk masuk ke ritel lebih masif, kami akan rebranding. Kami sudah siapkan kerja sama dengan swasta dalam penanganan pabrik gula dan sawit," kata dia.
Sebagai informasi, hingga akhir 2018, Holding Perkebunan Nusantara mengantongi laba sebesar Rp 281,4 miliar. Laba itu tercatat menurun dari posisi 2017 yang sebesar Rp 369,4 miliar.
Penurunan laba itu, seiring dengan adanya penurunan produksi komoditas terbesar PTPN, yakni sawit. Produksi sawit pada tahun 2018 lalu tercatat mencapai 11,60 juta ton atau turun dibanding 2017 sebesar 12,1 juta ton.