Kamis 28 Nov 2019 15:39 WIB

Indonesia ke Eropa: Kami Pembeli Terbesar Airbus

Indonesia terus melakukan negosiasi sawit melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Eropa.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan delegasi EU-ASEAN Business Council di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan delegasi EU-ASEAN Business Council di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia kembali mengingatkan Uni Eropa untuk 'tak macam-macam' menyusul isu diskriminasi produk minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya. Peringatan ini disampaikan pemerintah Indonesia saat menerima kunjungan delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN di Istana Merdeka, Kamis (28/11).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah Indonesia tetap akan mendorong negosiasi sawit melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Uni Eropa (EU-CEPA). Namun di luar itu, ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan pembeli terbesar pesawat Airbus yang merupakan pabrikan asal Prancis.

Tak hanya itu, Airlangga juga meminta Uni Eropa tetap menjaga kerja sama ekonomi yang selama ini terjalin. Catatan pemerintah, total nilai dagang antara Indonesia dengan Uni Eropa pada 2018 lalu menembus angka 31 miliar dolar AS. Sementara pasar CPO asal Indonesia di Eropa menyentuh 650 juta dolar AS.

"Jangan sampai 650 juta (dolar AS) itu ganggu bilateral Indonesia dengan Uni Eropa. Kami ingatkan juga Indonesia the biggest buyer Airbus dan masih ada order pending 200 unit pesawat," kata Airlangga.

Dalam pertemuan dengan Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan keberatan atas kebijakan pembatasan produk sawit dari Indonesia yang tak bisa masuk pasar Eropa.

"Sawit Indonesia terus mendapat diskriminasi dari sisi kebijakan dan perusahaan Eropa yang menafikan informasi yang disampaikan produsen sawit Indonesia. Produsen kita pun tak mendapat perhatian dari Uni Eropa," kata Jokowi.

Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak akan berdiam diri terhadap bentuk diskriminasi yang diterima produsen minyak kelapa sawit nasional. Ia menyampaikan, negosiasi yang tertuang dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Uni Eropa (EU-CEPA) akan dilanjutkan.

"Minyak kelapa sawit tentu menjadi bagian dari perjanjian ini. ASEAN dan Uni Eropa telah membentuk kelompok kerja terkait CPO. Saya harap langkah ini memberikan solusi atas isu minyak kelapa sawit," kata Jokowi.

Seperti diketahui, Uni Eropa melakukan pembatasan penggunaan produk turunan CPO sebagai bahan baku biodiesel atau biofuel. Bahkan Parlemen Uni Eropa telah menyetujui rencana phase out biodiesel berbahan minyak sawit mentah mulai 2021.

Kebijakan pembatasan penggunaan CPO untuk bahan baku biodiesel di negara-negara anggota Uni Eropa ini tertuang dalam perubahan regulasi Renewable Energy Directive (RED).

Persoalan diskriminasi sawit yang menyerempet Airbus sebetulnya bukan kali pertama. Pada Maret 2019 lalu Wakil Presiden RI 2014-2019, Jusuf Kalla, sempat membuka peluang bagi Indonesia untuk melakukan tindakan balasan atau retaliasi kepada Uni Eropa, karena melarang produk kelapa sawit Indonesia. JK menilai, diskriminatif Uni Eropa terhadap kelapa sawit Indonesia adalah persoalan yang serius. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement