Kamis 28 Nov 2019 09:39 WIB

Kolaborasi dengan Fintech Jadi Kunci Perkembangan Bank

Kolaborasi Bank-Fintech juga cara cepat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Komisaris Kredivo Umang Rustagi (tengah) dan Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaa Bersama Indonesia (APFI) Kuseryansyah  (kanan) berbincang usai  konferensi pers “Pengumuman Kolaborasi Penyaluran Lini Kredit PermataBank dan Kredivo” di Jakarta, Rabu (27/11).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Komisaris Kredivo Umang Rustagi (tengah) dan Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaa Bersama Indonesia (APFI) Kuseryansyah (kanan) berbincang usai konferensi pers “Pengumuman Kolaborasi Penyaluran Lini Kredit PermataBank dan Kredivo” di Jakarta, Rabu (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai kehadiran financial technology (fintech) yang semakin menjamur dapat menjadi angin segar dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Ketua Harian AFPI Kuseryansyah mengatakan cara cepat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dengan aksi kolaborasi antara fintech dan perbankan. 

“Tren pada tahun depan fintech, kolaborasi fintech dengan berbagai lembaga keuangan serta e-commerce semakin banyak dan intensif. Artinya akan membantu meningkatkan edukasi dan literasi supaya masyarakat semakin tahu,” ujarnya kepada Republika di Jakarta, Kamis (28/11).

Menurut dia cepatnya penetrasi pasar yang mampu dilakukan fintech membuat para pelaku fintech semakin mantap untuk memperkuat ekspansi bisnisnya. Sedangkan perbankan memiliki keunggulan berupa rekam jejak nasabah, sehingga fintech dan perbankan dapat saling diuntungkan.

“Bank punya persyaratan yang rigid. Fintech bisa menemukan yang unbank yang bisa dianalisa dan dilayani. Kolaborasi akan luar biasa. Beda dengan negara lain, fintech distrup bank karena kredit gapnya kecil jadi fintech mau membiayai satu nasabah pasti akan mengambil konsumen bank,” jelasnya. 

“Di Indonesia kredit gapnya besar jadi yang mungkin terjadi kolaborasi antara bank dengan fintech, sama-sama menggarap segmen unbank. Tapi tentunya fintech tidak hanya mengandalkan bank karena fintech punya leluasa yang lain bisa menerima individual lender, bank tidak memiliki individual lender produk,” jelasnya.

Hal ini turut mencuri perhatian dari berbagai investor termasuk para pelaku sektor keuangan seperti perbankan konvensional yang turut menyalurkan dananya dan berkolaborasi dengan pelaku fintech. 

“Wajar buat bank investasi mengembangkan aplikasi selain fintech. Selain terkendala regulasi juga perlu upaya besar karena institusi bank karena mengerjakan inovasi dengan cara yang simpel dan sederhana. Bank yang cerdas akan memanfaatkan ini karena tidak perlu bangun tim, cukup kolaborasi saja,” jelasnya.

Kendati demikian, menurutnya masih ada tantangan kolaborasi fintech dan perbankan. Sebab, saat ini ekosistem nasabah khususnya UMKM di Indonesia masih sebagian besar offline.

“Sektor produktif tantangannya chanel masih offline, perlu waktu tapi ini potensi yang besar. Menjelang itu tidak masalah masuk ke sektor konsumstif karena akan menstimulus ke sektor produktif, kalau beri barang ada impact kepada yang memproduksi barang. Kalau UMKM masuk menjadi ekosistem digital maka ekonomi Indonesia bisa tumbuh 10 persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement