REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, kepergian pengusaha properti Ciputra menimbulkan kesedihan mendalam. Tidak hanya bagi mereka yang berkecimpung di dunia ekonomi, juga masyarakat keseluruhan.
Bagi Sri, Ciputra merupakan seorang pribadi dengan prinsip yang kuat dan positif. Sikap ini terlihat dari upaya Ciputra membangun permukiman dengan tidak sekadar melihat sisi profit, juga dampaknya terhadap lingkungan.
"Saya melihatnya di beberapa tempat," ujarnya ketika ditemui di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (27/11).
Selain itu, Sri menambahkan, kecintaan Ciputra terhadap seni menjadikan dunia properti semakin sempurna. Karateristik ini yang membuat sosok Ciputra sulit dilupakan. Ia akan selalu mendapatkan tempat khusus bagi banyak orang, termasuk bagi Sri sendiri.
Dengan kepergian Ciputra, Sri menjelaskan, Indonesia tidak hanya kehilangan tokoh yang memang peduli dalam membangun bisnis. "Tapi, pada saat yang sama juga, (Ciputra) memanusiakan ciptaannya itu," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Ciputra meninggal di Singapura, Rabu (27/11). Berdasarkan informasi yang diterima Republika.co.id, pendiri Ciputra Group itu meninggal pada pukul 01.05 waktu setempat. Mendiang Ciputra meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan akibat sakit yang dideritanya di Singapura.
Ciputra meninggal dunia dalam usia 88 tahun. Ia meninggalkan istri, empat anak, empat menantu, 10 cucu, empat cucu menantu dan tujuh cicit. Semasa hidupnya, Ciputra dikenal sebagai sosok pekerja keras, sederhana dan sangat enterpreneurial.
Kepada keluarganya, Ciputra selalu menekankan mengutamakan kejujuran dan integritas yang kemudian dalam menjalankan bisnis Grup Ciputra. "Kami sangat kehilangan sosok ayah, kakek dan pimpinan yang menjadi suri teladan bagi keluarga dan keluarga besar dari Grup Ciputra," ujar putri pertama Ciputra, Rina Ciputra Sastrawinata, dalam rilis yang diterima Republika.co.id.