REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan, Selasa (8/9/2025). Purbaya menggantikan Sri Mulyani yang mundur menyusul kediaman pribadinya dijarah oleh orang tak dikenal. Pada Selasa (9/9/2025), Presiden pun mengadakan pertemuan di Istana, mengundang sejumlah menteri ekonomi, termasuk Purbaya.
Pada 8 April lalu, Purbaya yang saat itu masih menjabat sebagai kepala Lembaga Penjamin Simpanan pernah presentasi soal kondisi perekonomian Indonesia di depan Presiden Prabowo, ratusan ekonom, dan pengusaha. Di acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Prabowo, Purbaya berargumen bahwa situasi ekonomi nasional cerah. Presiden Prabowo sempat beri aplaus dengan bertepuk tangan menanggapi presentasi eks ekonom Danareksa Research Institute tersebut.
Berikut pidato Purbaya ketika itu:
Kalau sudah banyak ekonom presentasi, ekonom yang terakhir pasti keadaannya konyol. Karena semua barang sudah dipresentasikan. Tapi saya akan coba melihat dari angle yang berbeda.
Saya di LPS. Saya concern terhadap prospek ekonomi kita ke depan. Karena kalau ekonomi yang memburuk, maka saya ke depannya akan kerja lebih keras. Jadi saya monitor terus kondisi ekonomi.
Dan triwulan 4 tahun lalu, saya sempat terkejut. Karena kondisi sepertinya memburuk. Penjualan mobil, penjualan motor negatif. Terus penjualan retail juga kontraksi. Semen kontraksi, PMI (purchasing manager’s index) manufaktur turun di bawah 50. Saya pikir 2025 kita akan susah.
Laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga turun ke 4,5 persen. Saya mengkhawatirkan karena income LPS akan turun. Tapi untungnya di bulan Januari, tiba-tiba pertumbuhan DPK positif 5,5 menuju 6 persen. Menuju level normal lagi. Jadi ada pembalikan di sana.
Saya jadi concern, curious apakah ini terjadi di across the board. Saya lihat, coba saya lihat, penjualan otomotif sudah positif tuh. Di bulan Februari 4 persen untuk sepeda motor, mobil 2,2 persen. Jadi ada pembalikan arah ekonomi.
Kita lihat lagi retail juga itu sudah mulai positif tumbuhnya. Kita lihat lagi penjualan semen juga di bulan Januari-Februari sudah positif pertumbuhannya. Semen ini ada hubungannya dengan investasi. Jadi sepertinya dari sisi demand ada pembalikan arah ekonomi, menunjukkan harga yang baik-baik saja. Saya lihat lagi, gimana kalau kita lihat dari sisi pedagang atau supplier. Kita lihat indeks PMI manufaktur.
PMI itu di bulan awal tahun tiba-tiba loncat ke positif. Februari tinggi, Maret agak turun sedikit, tapi masih levelnya tinggi, 52.4. Artinya mereka atau para pengusaha, para manufacturer melihat, ke depan kayaknya demandnya tinggi sehingga mereka meningkatkan belanjanya. Ini kan tanda-tanda suatu ekonomi yang berbalik.
Tadinya di akhir triwulan lalu, mungkin paruh tahun lalu, keadaan memburuk semua. Sehingga timbulah image seolah-olah kita sudah menuju kegelapan dan lain-lain.
Ternyata di awal tahun, sekarang, sudah berbalik ke arah yang positif. Ini saya bilang, ekonomi Indonesia bottoming out. Kalau orang di pasar modal suka itu pasti, kalau bottoming out saatnya masuk.
Kita lihat juga Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), Anda lihat di bulan Februari naik positif, naik ke seratus, di atas seratus. Ini setelah bertahun-tahun, Indeks Kepercayaan Konsumen itu naik ke atas seratus. Artinya konsumen kita amat atau optimistik tentang kondisi ekonomi mereka. Dan otomatis mereka akan belanja lebih ke depan. Di bulan Maret agak turun sedikit, tapi masih di atas seratus. Cukup baik sekali.
Ini adalah gambaran masyarakat kita terhadap apa yang terjadi di ekonomi. Ini survei ini kita lakukan kepada 1.700 keluarga, face-to-face interview di kota, di pinggir kota, di kampung-kampung, di 10 provinsi di Indonesia. Ini kita sudah lakukan berpuluh-puluh tahun, sehingga kita tak yakin hasilnya menggambarkan apa yang digambarkan oleh masyarakat.
Jadi supply, demand masyarakat bilang semuanya membaik. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah perbaikan ini akan sebentar atau langsung?
Nah kita di LPS mengembangkan suatu indeks yang disebut Leading Economy Index. Itulah indeks yang menggambarkan arah ekonomi 6-12 bulan ke depan. Jadi itu adalah bola kristalnya ekonomi Indonesia. Biasanya nggak pernah salah.
Ini di 2020 turun ke bawah, setelah itu naik ke atas. Sekarang juga trennya naik ke atas. Artinya dari sekarang, bulan Maret ke depan sampai tahun depan, ekonomi kita akan terus ekspansi.
Ada yang bilang sekarang seperti 1998. Anda lihat tuh, 1998 tuh merah turun dalam, 2008 juga turun dalam, 2020 turun dalam. Artinya ekonominya ada tekanan. Tapi sekarang merahnya naik terus ke atas. Artinya ekonomi kita akan ekspansi terus. Kalau Anda lihat, turun-turunnya itu sekitar 10 tahun sekali. Kita mulai ekspansi, mulai lagi tahun 2020 harus sampai 2030. Kita masih aman. Kalau saya plot, jadi ini ya, 1998 jatuh yang merah. 2008 jatuh yang merah. 2020 jatuh yang merah. Inilah keadaan di mana kita lagi resesi.
Sekarang masih naik kencang ini. Masih naik ke atas. Jadi pandangan orang di luar bahwa kita mau ke 1998 lagi, itu salah kaprah dan mereka nggak ngerti data seperti apa. Dan kalau saya plot dengan IHSG, yang hijau ya, IHSG itu yang hijau, gerakannya itu searah. Ketikanya merah jatuh, IHSG juga jatuh. Ketika leading naik, IHSG juga naik.
Dengan kondisi leading yang naik dan IHSG turun, apa yang kita bisa simpulkan? Kita bisa simpulkan market overreacting dan IHSG sudah turun jauh di bawah fundamentalnya. Jadi kalau Bapak-Bapak Ibu suka main saham, jangan lupa sekarang good time to buy. Pasti Bapak-Bapak Ibu berpikir bahwa itu si Purbaya aja ekonom ngomongnya suka-suka dia, pakai data-data dan nggak jelas.
Oke, itu kan kata saya. Saya survei masyarakat kita. Apa kata mereka? Ini survei yang sama ya.
IKK naik cukup kencang ke atas. Artinya masyarakat puas terhadap ekonomi. Tapi bagaimana tentang program-program pemerintah? Apakah mereka merasakan? Dari survei yang sama, kita buat indeks yang disebut indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah, IKKP yang warna hijau ini.
Itu sebetulnya indeks kepercayaan kita bilangnya pemerintah. Tapi sebenarnya Pak Presiden itu kepercayaan kepada Pak Presiden. Kita sudah survei ini 25 tahun lebih. Kita sudah bisa kalibrasi.
Kalau indeksnya di bawah 100, yang hijau ya, masyarakat nggak suka kepresidennya. Di bawah 90 akan banyak demo. Di bawah 85 demonya akan rame, dan mungkin terjadi pergantian kekuasaan.
Tapi sekarang, saya pikir tadi juga akan jatuh tuh. Karena saya terkontaminasi TikTok, Instagram, oh negatif terus. Saya pikir, rakyat nggak suka ke presiden. Tapi setelah saya baca surveinya, kelihatan sekali, di akhir tahun 2024 dan sampai sekarang, itu indeksnya naik ke level yang tertinggi. Sepanjang survei ini dijalankan.
Jadi artinya apa? Artinya masyarakat amat puas dengan kerja Bapak Presiden Prabowo. Artinya apa lagi? Artinya adalah stabilitas sosial politik akan terjaga. Karena apa? Kalau ada demo-demo pun, masyarakat nggak akan ikut turun. Karena mereka puas dengan keadaan yang dialami mereka sekarang.
Jadi itu secara pendek prospek ekonomi kita, stabilitas seperti apa ke depan, dan kita tahu semua, stabilitas politik amat perlu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Saya bertanya-tanya, dengan hanya perang dagang ini, apa sih dampaknya kita? Apakah itu akan merubah arah ekonomi kita ke depan? Saya coba cari data ekspor ke Amerika seperti apa. Ini cuma HS 2 digit. Saya plot. Yang kolom A itu menggambarkan persen share ekspor produk komoditas kita ke Amerika Serikat dari yang tinggi ke yang rendah. Itu HS 85, Electrical Machinery 61, Articles Foodware 64, dan 62, Articles 1234. Itu saya lihat dulu.
Sama semuanya. Terus saya cari kompetitornya siapa sih. Cina, Meksiko, Vietnam.
Cina, Vietnam, Kamboja. Cina, Vietnam, Itali. Cina, Vietnam, Bangladesh.
Itu semua. Jadi di daerah kita ini, di daerah Asia ini, musuh kita Cina, Vietnam, Kamboja, Bangladesh, kira-kira itu. Sampai ke bawah.
Nah, kalau keadaan seperti itu kita lihat, negara itu dikenakan tarif lebih tinggi dari Indonesia.
Tadi Pak Airlangga Hartarto (menko perekonomian) sudah menyatakan hal itu. Bu Sri Mulyani (menteri keuangan) juga, Pak Luhut Pandjaitan (ketua Dewan Ekonomi Nasional) juga sedikit. Tapi mereka malu-malu. Mereka enggak berani bilang apa sebenarnya yang terjadi ke kita. Apa kita rugi, apa untung. Kalau saya lihat itu, saya untung.
Trump membantu daya saing produk kita di Amerika. Itu first impact. Kalau itu diketahui pasar, investor-investor di pasar, mereka enggak akan panik. Malah untung. Kita akan lebih bagus lagi. Jadi mungkin ini asli diplomasi. Ini bantuan tersembunyi Trump untuk Indonesia sebetulnya. Kalau kita melihat positifnya. Jadi itu kita enggak usah takut. Kita malah untung. Kalau gitu strategi negosiasinya seperti apa? Diam saja. Tapi kita harus waspada. Jangan sampai Vietnam dapat 0% itu. Itu utamanya. Enggak usah takut. Jadi itu
Terus andainya global ekonomi kacau balau. Apa kita harus takut juga? Enggak juga. Kenapa? Saya ini orangnya optimis banget, semuanya enggak apa-apa lah. Tapi kalau kita lihat datanya, kita lihat di situ.
Domestic demand kita itu adalah pengeluaran konsumsi 63.36 persen, ditambah lagi dengan pembentukan modal tetap berhutang atau investasi, itu adalah sekitar 32 persen. Kira-kira hampir 90 persen, lebih 95 persen. Let's say kita hitungan ekspor aja deh.
Excluding export, kita masih 75%. Kalau kita jaga domestic demand kita, global market, biar aja. Jadi langkah kebijakan yang saya lihat dari Pak Prabowo tadi dan Bu Sri Mulyani ini kelihatan sekali.
Kita memang menjaga domestic demand. Itu saya pikir langkah yang tepat sekali. Jadi santai aja kalau global market. Enggak usah takut. Karena domestic demand kita kuat, selama kita menjaga itu, kita akan tetap tumbuh dengan baik. Artinya pasar atau pemain di pasar, enggak usah terlalu khawatir.
Ini ada dari IPB, dari ISEI, tolong disebarkan ke pasar bahwa itu yang terjadi sebetulnya. Kalau saya ngomong ke pasar kan orang susah ngertinya. Kalau anda kan ekonomi-ekonomi gampang menjelaskan ke pasar.
Atau Anda menduga saya juga ngibul? Enggak ya? Terus, bagaimana sebetulnya kondisi domestic demand kita sekarang? Apakah sedang jatuh atau enggak? Ini Pak Gubernur BI Perry Warjiyo berperan besar, OJK, Menteri Keuangan, untuk menjaga stabilitas sektor keuangan sehingga fungsi intermediasi kita bisa berjalan terus. Kita lihat, pertumbuhan kredit tadi dibilang double digit. Tapi yang paling penting saya lihat itu, yang merah, itu kredit investasi naik ke level sekarang 14,62 persen.
Itu level yang tertinggi, level kira-kira tertinggi selama berapa tahun terakhir. Kalau investasi kan pasti ngelihatnya ke depan, berapa bulan ke depan. Jadi iya, para pelaku bisnis kita sebetulnya sedang ekspansi.
Cuma mereka jarang ngomong di TikTok. Yang di TikTok kan yang enggak ada kerjaan, tapi yang kerjakan pasti yang ini. Jadi inilah gambar yang sebetulnya. Ekonomi kita sedang ekspansi, kira-kira global turbulensi, masalah perang tarif juga, mungkin kita malah diuntungkan. Jadi prospek ekonomi kita bagus, kalau Anda tadi suka main persaham, masuklah sekarang sebelum terlambat. Mungkin demikian Pak update dari LPS.