REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT CIMB Niaga Tbk memprediksi perekonomian Indonesia pada tahun depan akan menghadapi sejumlah tantangan. Hal ini turut dipengaruhi berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta stagnannya pertumbuhan perekonomian dunia.
Chief Economist Bank Cimb Niaga Adrian Panggaabean mengatakan perlambatan ekonomi dunia memengaruhi dinamika investasi dan konsumsi dalam negeri. "Pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berada kisaran 5 persen," ujarnya saat acara Diskusi Bersama Chief Economist Cimb Niaga di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Selasa (26/11).
Menurutnya, ada tiga solusi mendorong perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global. Pertama, dalam jangka pendek keterbatasan kebijakan moneter maka pemerintah perlu mempertimbangkan pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mendekati tiga persen.
"Kebijakan suplementer harus mampu mereduksi efek negatif dari pelebaran defisit," ucapnya.
Kedua dalam jangka pendek menengah maka pemerintah perlu agresif menaikkan kontribusi dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap APBN melalui penurunan biaya yang signifikan dan peningkatan produktivitas yang optimal.
"Pemerintah juga perlu memanfaatkan potensi pembiayaan lewat mekanisme sekuritisasi aset pemerintah," jelasnya.
Ketiga, pemerintah dan regulator perlu segera melakukan terobosan dalam meningkatkan mobilisasi tabungan dalam negeri. Hal ini dapat dilakuan lewat reformasi besar-besaran industri dana pensiun dan social security.
"Pemerintah daerah juga harus menaikkan Pendapatan Asli Daerah secara netral untuk mengurangi ketergantuangan daerah terhadap dana alokasi dari pusat," ucapnya.