Selasa 26 Nov 2019 13:16 WIB

Bulog Menyasar Karyawan BUMN untuk Pasar Beras Komersial

Bulog akan menjual beras dengan harga komersial melalui tokok online.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Gudang beras Bulog.
Foto: kementan
Gudang beras Bulog.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog mulai melakukan perluasan pasar beras komersial dengan menyasar karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal itu sebagai langkah untuk memperkuat daya saing Bulog di industri perberasan dalam negeri.

Dua BUMN Perbankan, yakni BRI dan BNI telah meneken perjanjian kerja sama beras untuk pengadaan beras bagi pegawai.

Baca Juga

Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengaku siap untuk memenuhi kebutuhan beras bagi seluruh BUMN di Indonesia. Beras yang digunakan yakni beras komersial yang saat ini porsinya masih sekitar 170 ribu ton dari total target pengadaan beras 2019 sebanyak 1,8 juta ton.

Menurut dia, untuk bisa terus memperlebar kerja sama dengan seluruh BUMN, Bulog harus mendapat pengakuan bahwa beras yang diproduksi berkualitas baik dengan harga terjangkau.

"Kita pakai beras komersial untuk BUMN. Termasuk TNI dan Polri. Dahulu beras Bulog jelek dan itu harus saya akui, sekarang saya di Bulog maka saya jamin kualitasnya," kata Budi di Gudang Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Selasa (26/11).

Dua BUMN yang telah menjalin kerja sama untuk penggunaan beras Bulog bagi para pegawai yakni BRI dan BNI. Dengan BNI, Buwas menerangkan bahwa kerja sama telah dimulai sejak dua bulan yang lalu lewat penyediaan 25 ribu paket pangan per bulan untuk 25 ribu karyawan.

Adapun dengan BRI, Bulog mulai melakukan penyediaan paket pangan sebanyak 40 ribu paket. Disasarnya karyawan BUMN itu menjadi salah satu solusi perusahaan untuk menyiasati beban keuangan yang dialami.

Hingga akhir tahun 2018, Bulog tercatat memiliki beban utang hingga Rp 28 triliun. Itu akibat penugasan pemerintah untuk pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) dalam jumlah besar, namun penyalurannya tidak didukung dengan kondisi pasar akibat program Bantuan Pangan Non Tunai.

"Ini solusi bagaimana mengatasi itu. Kita tidak boleh salahkan utang makanya kita bicara beras komersial. Ke depan, kita ingin penghasilan Bulog 50 persen dari komersial dan 50 persen penugasan," kata Budi.

Lebih lanjut, menurut dia, jika Bulog menambah kredit perbankan untuk komersial, tak akan menjadi masalah karena kredit yang diajukan untuk diputar sebagai modal bisnis beras komersial. Berbeda dengan kredit perbankan untuk pengadaan CBP, dimana penggunannya harus sesuai izin pemerintah, tapi utang dan bunga perbankan ditanggung Bulog.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis Bulog, Imam Subowo, mengatakan, pihaknya siap untuk memperbesar jumlah beras komersial Bulog dari saat ini yang hanya 170 ribu ton. "Ini kita akan terus tambah.  Pengadaan cadangan beras pemerintah tidak akan dikurangi, tapi beras komersial akan terus kita tambah untuk bisnis," kata Imam.

Salah satu yang dilakukan Bulog untuk bisa menambah pengadaan beras komersial dengan masuk ke bisnis toko online. Pada Selasa (26/11) ini, Bulog secara resmi meluncurkan toko online Panganan Dot Com yang bisa diakses melalui e-commerce Shopee.

Diharapkan, inovasi bisnis itu bisa lebih mengenalkan beras Bulog ke tengah masyarakat sehingga permintaan bisa meningkat. Dengan begitu, Bulog memiliki kepastian bisnis untuk menambah volume beras komersial setiap tahunnya. 

Adapun beras dijual dalam kualitas medium, premium, dan beras khusus yang harganya tidak diatur pemerintah.  Soal harga, Imam menjelaskan tidak mesti dipatok sesuai harga eceran tertinggi. Sebagai contoh, beras premium yang dijual dalam kemasan 5 kilogram ada yang dihargai Rp 58 ribu dan Rp 60 ribu dari HET beras Rp 64 ribu (Rp 12.800 per kilogram).

Imam pun menjelaskan, pihaknya memilih BUMN sebagai salah satu target pasar beras komersial karena diminta lebih bersinergi antar perusahaan pelat merah. "Kalau perbankan kita sinergi pinjaman. Pegawai BUMN pasti butuh makan, mending beli di Bulog. Toh harga kita kompetitif, juga tidak ada keluhan kualitas. Jadi tidak ada alasan tidak mau seharusnya," kata Imam.

Selain BRI dan BNI, Imam menyebut, BUMN Operator Tol, Jasa Marga telah menyatakan berminat untuk menggandeng kerja sama pembelian beras komersial. Hanya saja, belum ada tindak lanjut lebih detail dari keduanya. "Saya punya keyakinan BUMN-BUMN akan mau bekerja sama dengan Bulog. Saya akan merapat ke semua BUMN," kata Imam.

Total induk perusahaan BUMN saat ini mencapai lebih dari 140 perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 2 juta orang. Pasar itu akan sangat potensial bagi Bulog jika bisa memasok kebutuhan beras komersial bagi para karyawan pelat merah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement