REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengumumkan stok cadangan beras pemerintah hingga pertengahan tahun ini telah menembus angka 4 juta ton. Berdasarkan laporan real-time per Jumat (30/5/2025) pukul 11.38 WIB, stok beras di Gudang Perum Bulog tercatat sebanyak 4.001.279 ton.
Perinciannya, serapan beras lokal oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton, sementara sisanya berasal dari beras impor yang masuk pada penghujung tahun lalu. Amran menegaskan capaian ini merupakan buah dari kolaborasi seluruh pemangku kepentingan di sektor pangan.
“Ini bukan kerja satu orang, tapi kerja kita semua sebagai anak bangsa,” ujar Mentan saat berdiskusi dengan awak media di kediaman pribadinya di Jakarta.
Amran kembali menekankan pentingnya serapan nasional yang telah mencapai sekitar 2,4 juta ton. Jumlah tersebut mendekati target 3 juta ton dari serapan langsung pada petani lokal yang ditetapkan pada awal tahun. Ia menyebut capaian ini sebagai lonjakan signifikan, meningkat lebih dari 400 persen dibandingkan rata-rata serapan dalam lima tahun terakhir, yang biasanya hanya sekitar 1,2 juta ton per tahun.
“Artinya apa? Ini kemajuan signifikan,” ujar tokoh asal Sulawesi Selatan ini.
Mentan mengakui bahwa total stok di Gudang Bulog saat ini, ditambah sisa 1,7 juta ton pada akhir tahun lalu, semula hanya cukup untuk konsumsi selama 20 hari. Karena itu, peningkatan volume menjadi suatu keharusan, yang kini terwujud melalui penyerapan produksi dalam negeri secara masif langsung dari petani.
Amran menyampaikan apresiasi kepada para petani, Komisi IV DPR RI, TNI, Polri, Kejaksaan, para kepala daerah, Perum Bulog, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), akademisi, serta media. Ia juga menegaskan bahwa capaian ini tidak lepas dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto, yang konsisten mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.
“Presiden Prabowo memberi perhatian luar biasa pada pertanian,” katanya.
Amran merinci beberapa arahan Presiden, di antaranya penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen sebesar Rp 6.500 per kilogram, penghapusan sistem rafaksi, serta penyederhanaan regulasi distribusi pupuk.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada Januari–Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton, meningkat 11,95 persen dari tahun sebelumnya. Capaian ini sejalan dengan kinerja serapan Bulog yang mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Amran juga menyoroti strategi agresif jemput bola yang dilakukan Bulog dalam menyerap gabah petani secara langsung. Ia menilai langkah tersebut sangat efektif. “Ini bukan hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani kita,” ujar Mentan.
Pemerintah optimistis ketahanan pangan nasional akan tercapai. Setelah komoditas beras dan jagung, Kementan juga menyasar peningkatan produksi dalam negeri untuk komoditas lain seperti kedelai dan gandum.