Senin 25 Nov 2019 05:50 WIB

Manfaat dan Tip Berinvestasi Syariah untuk Milenial

Investasi sebaiknya dilakukan untuk kepentingan jangka panjang,

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Lembaga keuangan syariah biasanya memiliki sejumlah instrumen investasi syariah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Lembaga keuangan syariah biasanya memiliki sejumlah instrumen investasi syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi syariah tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah berkeluarga dan mapan. Generasi milenial seperti mahasiswa pun dapat berinvestasi.

Apalagi, sekarang sudah jamannya digitalisasi yang semakin memudahkan proses pembelajaran dan praktik berinvestasi. Lebarnya kesempatan ini yang ditekankan dalam diskusi Investasi Syariah 4.0 sebagai bagian dari acara Sharia Investment Week di Mainhall Bursa efek Indonesia (BEI), Jakarta, akhir pekan kemarin.

Baca Juga

Presidium Nasional Bidang Kelembagaan Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Irsyad Al Ghifari menyebutkan, investasi syariah merupakan cara lebih efektif dalam menjaga agar uang yang kita miliki tidak mudah habis. Khususnya untuk kalangan milenial yang dikenal sebagai kelompok konsumtif.

"Sekarang sudah banyak inovasinya, sehingga bisa menarik bagi milenial dan harganya juga terjangkau," ujarnya saat menjadi narasumber diskusi.

Irsyad menjelaskan, kekuatan menyimpan masing-masing orang berbeda. Tapi, apabila hanya mengandalkan menabung, kerap kali uang yang kita dapatkan mudah terpakai.

Misal, tinggal menggesek kartu debit saat hendak berbelanja atau menarik uang dari ATM yang kini sudah tersebar di banyak tempat. ‘Godaan’ ini sering kali membuyarkan rencana menabung.

Berbeda halnya dengan investasi di reksa dana maupun saham syariah. Irsyad mengatakan, tidak mudah untuk mencairkan dana di dua platform tersebut.

Setidaknya, dibutuhkan waktu berhari-hari agar uang dari hasil berinvestasi masuk ke rekening kita. "Ribet kan, jadi akhirnya kita malas mencairkannya," kata lelaki berusia 23 tahun ini.

Satu hal yang ditekankan Irsyad adalah investasi memang sebaiknya dilakukan untuk kepentingan jangka panjang. Ia memberikan contoh, mahasiswa yang baru duduk di tingkat satu bisa mulai berinvestasi dengan menyisihkan sedikit uang jajannya.

Dengan begitu, ketika lulus, mereka sudah memiliki ‘pegangan’ materi yang dapat digunakan sebagai modal usaha, merantau ke luar kota ataupun rencana lain.

Irsyad mengakui, dirinya termasuk dalam orang yang telat berinvestasi. Ia baru mulai pada semester tujuh, ketika uang jajan dari orang tua semakin terbatas. "Tapi, lebih baik telat daripada tidak sama sekali," ujarnya.

Salah satu tips yang diberikan Irsyad bagi generasi milenial sebelum memulai berinvestasi adalah banyak belajar. Saat ini, semakin banyak produk investasi syariah yang ditawarkan dengan beragam keunggulan.

Penguatan literasi dibutuhkan agar kita tidak mudah terjebak dengan saham ‘murahan’ yang dapat merugikan investor di kemudian hari.

Tidak hanya milik swasta, Irsyad menuturkan, produk investasi syariah kini juga gencar ditawarkan pemerintah dalam bentuk sukuk tabungan (ST). Melalui instrumen ini, generasi milenial dapat berinvestasi sekaligus membantu program pembangunan yang dijalankan pemerintah.

Selain Irsyad, turut hadir sebagai narasumber diskusi adalah Founder Investor Saham Pemula (ISP) Frisca Devi dan Influencer Investasi Syariah Mira Agile. Diskusi yang berlangsung selama sekitar satu jam ini dipandu oleh Kepala Pengembangan Bisnis The Indonesia Capital Market Institute (TICMI) M Banyu Adiputra sebagai moderator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement