REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merumuskan formula agar tren investasi di Kota Pahlawan terus meningkat. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP), M Taswin memyatakan, pihaknya ingin mengoptimalkan peluang investasi di era serba digital ini, baik bagi para pelaku usaha baru, maupun yang sudah ada.
Saat ini, aktivitas perekonomian, khususnya investasi secara global telah didominasi oleh digital. “Ekonomi digital memberikan harapan baru bagi negeri ini, terutama dengan kelahiran perusahan-perusahaan rintisan yang berjaya menggaet investor global,” kata Taswin di Surabaya, Kamis (21/11).
Taswin memastikan, Pemkot Surabaya terus berupaya untuk menstimulus kelahiran usaha-usaha rintisan digital setaraf global. Harapannya, muncul ide-ide baru yang dapat mendorong capaian iklim dan realisasi investasi di Kota Surabaya yang berkelanjutan.
“Khususnya ekonomi digital, sebagai bahan masukan untuk perencanaan dan evaluasi kegiatan penanaman modal di tahun berikutnya,” ujarnya.
Data DPM-PTSP tercatat, nilai investasi di Kota Surabaya pada kuartal III 2019 mencapai Rp 36,89 triliun. Nominal tersebut berasal dari tiga sumber, yakni Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 4,29 triliun, Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 14 miliar, dan Rp 32,46 triliun dari nonfasilitas.
Nonfasilitas merupakan investor yang kebanyakan berasal dari lokal seperti usaha rintisan startup, UMKM dan industri-industri rumahan kecil. Saat ini presentase perekonomian lebih banyak didominasi startup digital.
“Ternyata tren dengan perekonomian jual beli menggunakan digital saat ini sangat tinggi. Seperti di mal-mal, jual beli serba digital. Ini yang ke depan kita berusaha masuk ke sana lebih mendalami lalu lintas ekonomi digital,” kata dia.
Taswin mengaku, Pemkot Surabaya telah mempermudah semua perizinan, termasuk bagi pelaku usaha baru, dalam upaya mendorong investasi tersebut. Tentu saja, kata dia, hal itu demi menarik investor dari dalam dan luar negeri supaya menanamkan modalnya di Surabaya.