Kamis 21 Nov 2019 19:49 WIB

PLTU Tanjung Jati B Sulap Limbah Jadi Berkah

PLTU TJB memanfaatkan limbah B3 menjadi bahan baku batako.

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Agus Yulianto
GM PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) Rahmat Azwin (berjongkok) mengecek produksi batoko timnya di PLTU Tanjung Jati B, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (21/11/2019). Batako tersebut dibuat dari fly ash dan bottom ash (FABA) yang termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3
Foto: Foto: Rakhmat Hadi Sucipto /Republika
GM PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) Rahmat Azwin (berjongkok) mengecek produksi batoko timnya di PLTU Tanjung Jati B, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (21/11/2019). Batako tersebut dibuat dari fly ash dan bottom ash (FABA) yang termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3

REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA - - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B berhasil menyulap limbah berupa fly ash dan bottom ash (FABA) menjadi sumber berkah bagi masyarakat. Manajemen PLTU Tanjung Jati B (TJB) memanfaatkan limbah yang tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebut menjadi bahan baku pembuatan batako, paving block, dan campuran semen.

General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) Rahmat Azwin menjelaskan, batoko yang diproduksi dari FABA pembangkit batu bara tersebut dimanfaatkan untuk membangun rumah gratis bagi penduduk. “Kami menargetkan pembangunan 10 rumah gratis pada sisa tahun 2019 ini,” ungkap Rahmat di Kompleks PLTU Tanjung Jati B, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (21/11).

Sejak Agustus 2019, menurut Rahmat, PLN TJB telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pemanfaatan FABA menjadi batako, paving, dan beton pracetak. Pada September lalu, PLN TJB mulai merenovasi rumah warga tidak mampu yang tinggal di sekitar PLTU. “Hingga kini sudah terbangun tiga rumah. Targetnya tahun ini kami membangun 10 rumah menggunakan batako dari FABA,” ungkap Rahmat.

Pemanfaatan FABA PLTU TJB dalam empat tahun terakhir agak menurun. Penggunaan fly ash turun 60 persen, sementara bottom ash berkurang 70 persen dari tahun sebelumnya. Dari produksi fly ash sebanyak 361 ribu ton per tahun, pemanfaatannya hanya 30 persen oleh batching plant dan pabrik semen. Sisanya, sebanyak 70 persen ditimbun di landfill. Yang bottom ash hanya 7,0 persen dari total produksi 66 ribu ton. Jadi, masih ada 61 ribu ton setiap tahun FABA yang belum termanfaatkan. 

Penurunan penggunaan FABA, jelas Rahmat, terjadi karena semakin banyak PLTU yang beroperasi di Jawa. Akan tetapi, jumlah FABA tersebut tidak seimbang dengan pertumbuhan batching plant dan pabrik semen. Dia ingin ada terobosan-terobosan baru dalam pemanfaatan FABA di tengah munculnya PLTU baru. Bahkan, FABA jelas bisa dimanfaatkan untuk bahan cor beton jalan.

photo
Syamsuri (kedua dari kanan), warga Desa Kaliaman, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengucapkan terima kasih kepada GM PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) Rahmat Azwin yang telah membangun rumah gratis baginya. Rumah gratis tersebut dibangun dari batako FABA. (Foto : Rakhmat Hadi Sucipto /Republika)

Mengenai bantuan rumah, menurut Rahmat, bertipe 72 dan bisa menghabiskan 1.600 batako. Jumlah batoko sebanyak itu membutuhkan 11 ton FABA. Dia mengakui penyerapan FABA dalam skema CSR untuk bedah rumah belum signifikan. Namun, Rahmat yakin terobosan ini bisa menjadi langkah awal untuk pemanfaatan lebih lanjut pada masa-masa mendatang. “Saat ini kami sedang menunggu proses perizinan untuk membangun 3,2 km jalan cor di Kabupaten Demak yang akan menyerap sekitar 21 ribu ton,” ujar Rahmat.

Karena potensi FABA sangat besar dalam mendukung perekonomian, Rahmat berharap pemerintah mau memberikan kemudahan, terutama dalam perizinan pemanfaatan FABA untuk pembangunan infrastruktur. Ada beberapa kelebihan dari bahan dasar FABA dibandingkan dengan menggunakan semen saja. “Jika FABA bisa dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah akan menghemat sekitar 30 persen anggaran dan mengurangi dampak lingkungan akibat penambangan pasir,” jelas Rahmat.

Samsuri, salah satu warga yang mendapatkan bantuan rumah gratis, mengaku gembira bisa tinggal di rumah barunya. Bersama Sutinah, sang istri, mereka kini hidup lebih tenang dan nyaman. "Sekarang sudah layak huni, sudah bagus. Atap dan temboknya kuat," ujar Samsuri, lelaki yang sudah berusia 80 tahun dan tinggal di Desa Kaliaman, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, di rumahnya.

Samsuri tak lagi khawatir bila musim hujan tiba. Dia dan istrinya tak lagi cemas karena rumah bocor dan tiupan angin menembus hingga ke dalam rumah. “Dulu atap bocor, dindingnya dari gedek (anyaman bambu),” ujar Samsuri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement