Rabu 20 Nov 2019 09:27 WIB

Agen Bank Dorong Inklusi Keuangan Secara Merata

55,3 persen orang dewasa kini memiliki akun lembaga keuangan formal.

Rep: Novita Intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerataan akses  layanan keuangan formal masih akan terus berlanjut agar kesejahteraan masyarakat dapat benar-benar terwujud. Kini, sebanyak 55,3 persen orang dewasa di Indonesia telah memiliki akun lembaga keuangan formal.

Sebanyak 70,3 persen dari seluruh penduduk dewasa telah terlayani oleh lembaga keuangan formal. Hal ini sejalan dengan program Laku Pandai yang dicanangkan oleh pemerintah sejak 2015 lalu.

Baca Juga

“Di tengah laju pertumbuhan kantor cabang bank yang semakin melambat, agen bank adalah salah satu instrumen penting dalam pemerataan akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (20/11).

Menurutnya mayoritas agen bank di Indonesia, terutama agen Laku Pandai (program Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif) melayani ‘cash-in cash-out’ (CICO) alias isi saldo dan tarik tunai.  Adanya layanan ini, masyarakat dapat langsung menyimpan penghasilannya dengan aman, serta menarik sebagian dari tabungannya kapanpun dibutuhkan.

"Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) mendorong peran agen bank yang lebih agresif melayani masyarakat karena agen menekan biaya layanan bagi para nasabah, memudahkan masyarakat mengakses layanan keuangan formal. Masyarakat harus bisa mengakses layanan dan produk keuangan formal yang mudah, nyaman dan terjangkau," kata dia.

Menurut Iskandar seharusnya agen bank mendapat perhatian lebih dari lintas sektor terkait karena dapat memperluas jangkauan kantor cabang bank khususnya kepada masyarakat unbanked di daerah pedesaan dan perbatasan. Sejauh ini, kata Iskandar, agen bank merupakan salah satu kanal utama selain kantor cabang bank untuk mengakses layanan keuangan formal. 

Berdasarkan hasil Survei Nasional Inklusi Keuangan 2018 kesadaran agen perbankan meningkat drastis setelah pada 2016 terutama di wilayah pedesaan. Sebanyak 63,1 persen penduduk dewasa di pedesaan tahu lokasi agen bank, sementara hanya 55 persen penduduk kota yang tahu.

Artinya sebanyak 44,3 persen belum mengetahui keberadaan agen bank. BCG dan Microsave Indonesia juga menemukan volume transaksi median di agen bank per harinya hanya sekitar empat transaksi, berbanding jauh dari negara-negara lainnya yang mencapai lebih dari 35 transaksi per hari.

“Jika volume transaksi di agen rendah, bukan tidak mungkin jika ke depannya semakin banyak agen yang tidak mengelola layanannya dengan sepenuh hati bahkan menutupnya. Jika kondisi ini dibiarkan, keuangan inklusif takkan menjadi sebuah keniscayaan,” ucapnya.

Ke depan menurutnya penetrasi perusahaan teknologi finansial (tekfin khususnya agen tekfin perlu dimanfaatkan agar pemerataan akses masyarakat terhadap layanan keuangan. Saat ini, ada lima juta agen tekfin di Indonesia yang dapat diberdayakan untuk menjangkau kelompok-kelompok masyarakat yang belum terhubung dengan layanan keuangan formal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement