REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menuturkan, para pemimpin dunia khawatir terhadap kondisi global, baik dari sisi ekonomi maupun politik. Hal itu dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean yang digelar pada 31 Oktober hingga 4 November lalu di Bangkok, Thailand, tersebut.
Dalam konferensi itu, kata dia, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Managing Director International Monetary Fund (IMF) turut hadir. IMF melaporkan, terjadi perlambatan ekonomi global dan terendah sejak krisis 2008.
Setelah beberapa kali dikoreksi, IMF pun memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 sebesar 3,2 persen kemudian pada 2020 naik menjadi 3,5 persen. "Tapi subjek situasi itu bisa berubah dan dikoreksi lagi," ujar Retno dalam Rapat Kerja Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional di Menara Kadin, Jakarta, Selasa, (19/11).
Dia menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dialami Indonesia. Melainkan 90 persen negara di dunia.
"IMF katakan, ekonomi sedang slow down. Hampir semua negara ekonominya melambat," ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia, para pelaku pasar harus mengantisipasi berbagai peristiwa yang terjadi. Misalnya Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih terjadi.
"Apakah bisa menyelesaikan masalahnya mereka? Kita tidak tahu karena, itu hubungan keduanya tidak purely ekonomi tapi terkait hal lain, termasuk politik," kata Retno.
Di Asia sendiri, lanjutnya, hubungan yang tidak harmonis antara Jepang dan Korea Selatan akibat isu sejarah ikut memengaruhi. "Kalau bicara Jepang, Korea, China, itu bicara supply chain dan pasti akan memberi dampak ke pelaku usaha," kata Retno.