REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- E-commerce dinilai berperan besar meningkatkan jumlah investor reksa dana khususnya investor ritel. Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana Indonesia (APRDI), Prihatmo Hari Muljanto, mengatakan saat ini komposisi investor masih didominasi dari institusi.
"Dengan hadirnya platform e-commerce menjadi terobosan tersendiri di industri reksa dana. Orang bisa mulai investasi kapan saja dengan nominal investasi yang kecil," ujar Prihatmo di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/11).
Prihatmo melihat investor ritel ke depannya cukup strategis dan potensial untuk digarap. Dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas, menurut Prihatmo, kehadiran e-commerce akan sangat membantu menjangkau investor ritel hingga ke daerah-daerah.
Prihatmo mengatakan, reksa dana saat ini menjadi instrumen investasi yang sangat diminati. Tingginya permintaan berinvestasi di reksa dana terlihat sejak 10 tahun terakhir. Namun, pertumbuhan industri reksa dana masih menghadapi sejumlah kendala.
Meski sudah banyak yang mengetahui reksa dana, menurut Prihatmo, masyarakat masih bingung harus memulai dari mana untuk berinvestasi terutama dalam menemukan agen penjualan yang terdekat. "Selama ini kita kerja sama dengan perbankan, tapi perbankan hanya bidik nasabah prioritas dengan dana yang besar," tutur Prihatmo.
Industri reksa dana juga mengalami kendala dalam pengembangan produk. Meski sudah membuat berbagai produk turunan, Prihatmo menilai, pengembangan produk investasi ini masih cukup terbatas.
Selain itu, PR lainnya yang juga dihadapi industri reksa dana yaitu meningkatkan jumlah investor dimana penetrasinya saat ini baru 0,8 persen. Padahal, menurut Prihatmo, beberapa negara di ASEAN bahkan penetrasi terhadap reksa dana sudah mencapai 20 persen.
Melihat jumlah penduduk Indonesia, Prihatmo mengatakan, jumlah investor ritel yang mengakses reksa dana setidaknya bisa mencapai 10 persen. Pada dasarnya, menurut Prihatmo, reksa dana idealnya instrumen investasi pasar modal yang diperuntukan bagu nasabah ritel.
"Semakin banyak investor ritel, semakin kuat dan sehat investasi reksadana," terang Prihatmo.
Untuk itu, lanjut Prihatmo, pihaknya mulai bekerja sama dengan e-commerce untuk mengembangkan jumlah investor ritel. Salah satunya dengan Tokopedia. Sinergi yang dijalin ini yaitu melalui peresmian kampanya #InvestasiAjaDulu.
AVP of Fintech Tokopedia, Samuel Sentana mengatakan, melalui kampanye ini, Tokopedia menargetkan peningkatan literasi keuangan diberbagai kalangan masyarakat Indonesia. Peningkatan literasi ini dilakukan melalui berbagai rangkaian kegiatan edukasi seperti seminarisasi yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai investasi.
"Kami harap kampanye bisa meningkatkan jumlah investor yang ada di dalam produk reksa dana," ujar Samuel.
Rangkaian kegiatan kampanye akan dilakukan secara bertahap yang terbagi dalam dua fase. Pada fase pertama, kegiatan literasi akan dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Sedangkan pada fase kedua, kegiatan literasi akan merambah ke kota-kota kecil.
Direktur Pengelolaan Imvestasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sujanto, mengatakan dengan platform online seperti Tokopedia, akses terhadap reksa dana semakin mudah. "Pertumbuhan pesat di industri reksa dana tidak lepas dari penjualan secara online," kata Sujanto.
Berdasarkan data OJK, per 14 November 2019, jumlah dana kelolaan reksa dana sudah mencapai Rp 551 triliun dengan jumlah produk 2165. Sementara itu, jumlah investor mencapai lebih dari 1,5 juta.