Ahad 10 Nov 2019 20:08 WIB

Momentum Kebangkitan Ekonomi Islam? 3 Aspek Ini Jawabannya

Tiga hal ini diyakini mampu membawa kebangkitan ekonomi syariah (Islam).

Rep: Novita Intan/ Red: Elba Damhuri
Sebanyak 1.000 rumah ibadah mencetak rekor MURI setelah melakukan elektronifikasi kotak amal dalam Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Indonesia 2019 di Surabaya, Sabtu (9/11).
Foto: Lida Puspaningtyas
Sebanyak 1.000 rumah ibadah mencetak rekor MURI setelah melakukan elektronifikasi kotak amal dalam Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Indonesia 2019 di Surabaya, Sabtu (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia (BI) menilai momentum kebangkitan ekonomi syariah (Islam) sudah terlihat sejak tiga tahun terakhir ini. Hal ini terlihat dari tiga aspek yang berkembang saat ini.

Pertama, dukungan pemerintah pusat membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Kedua, dukungan pemerintah daerah mulai mengkonversi perbankan umum menjadi perbankan syariah, hingga, ketiga, tren hijrah yang dilakukan oleh beberapa kalangan.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Suhaedi mengatakan saat ini di beberapa daerah mulai melakukan konversi perbankan umum menjadi perbankan syariah, lalu mengubah Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Badan Usaha Syariah (BUS).

“Gubernur Jawa Timur ingin mengonversi UUS Bank Jatim menjadi BUS, lalu gubernur NTB juga mau konversi ke perbankan syariah dan Aceh juga sudah konversi. Semangat kebangkitan kemajuan ekonomi syariah sedang tinggi, peluang untuk bisa besar dengan tidak berlebihan tentunya,” kaya Suhaedi, akhir pekan ini.

Dorongan lain juga, jelas dia, muncul dari fenomena hijrah yang dilakukan oleh beberapa kalangan. Bahkan, kontribusi pertumbuhan ekonomi syariah tumbuh 6,7 persen pada kuartal tiga 2019.

“Observasi kami saat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen di mana sektor syariah tumbuh lebih tinggi 6,7 persen. Memang belum komprenshif tetapi fakta terakhir sektor pertanian, fesyen, manufaktur, makanan dan minum secara syariah tumbuhnya 6,7 persen,” jelasnya.

Ke depan Bank Indonesia menyakini ekonomi keuangan syariah Indonesia akan menjadi rujukan pengembangan ekonomi syariah dunia. Salah satunya melalui penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 pada 12-16 November 2019 di Jakarta Convetion Center.

Adapun tema yang diangkat ‘Sharia Economy for Stronger and Sustainable Growth’. Kegiatan ini menjadi babak baru untuk mengembangkan sektor ekonomi keuangan syariah nasional ke level global dalam mewujudkan Indonesia sebagai rujukan ekonomi syariah dunia.

Pelaksanaan ISEF menjadi salah satu implementasi dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 sekaligus menjawab tantangan industri halal di tanah air.

Ketua KNKS Ventje Rahardjo menambahkan pemerintah berkeinginan menjadikan Indonesia sebagai rujukan ekonomi syariah global. Hal ini sejalan dengan banyaknya jumlah industri keuangan yang mulai memasuki lini syariah.

“Saat ini regulasi sudah sangat bersahabat, semakin banyak stakeholder keuangan syariah yang terlibat dalam institusi seperti perbankan, asuransi dan lainnya,” kata Ventje.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement