Warta Ekonomi.co.id, -- Huawei mengklaim siap meluncurkan infrastruktur 5G di wilayah Asia Tenggara, sekaligus membantah tudingan Amerika Serikat (AS) yang menyebut teknologinya digunakan sebagai mata-mata Pemerintah China.
Mengabaikan pernyataan AS, Thailand dan Filipina memutuskan untuk mengimplementasikan teknologi 5G Huawei. Sementara itu, Vietnam memutuskan menjaga jarak dari perusahaan itu.
Menghadiri KTT Asean di Bangkok, Wakil Presiden Huawei, Edward Zhou membahas soal sengitnya perang teknologi anatara China dan AS. "China dan AS sedang berperang dagang dan juta (perang) teknologi yang begitu difokuskan (pada) Huawei saat ini," jelasnya, dikutip dari The Straits Times, Senin (4/11/2019).
Baca Juga: Jokowi Sindir Lagi Soal Indo-Pasifik di KTT ASEAN
Perusahaan China itu harus rela dikenakan tarif terhadap komponen berharga ratusan miliar dolar. Belum lagi dengan adanya pemblokiran bisnis antara perusahaan AS dengan Huawei karena adanya Daftar Hitam sejak Mei lalu.
Berulang kali dituduh, berulang kali pula Huawei menyangkal dan mengatakan, itu terjadi karena kecemburuan AS terhadap teknologinya. "Kami di sini (KTT Asean) untuk mendukung Asia Tenggara dalam pengembangan 5G," imbuhnya lagi.
Asia Tenggara memang berencana mengimplementasikan jaringan telekomunikasi generasi kelima (5G) untuk mendukung bisnis, infrastruktur, dan transportasi di negara masing-masing sehingga bisa bersaing dengan wilayah lainnya. Thailand bahkan sudah berencana melakukan uji coba teknologi 5G Huawei di salah satu universitas besarnya.
Baca Juga: Ponsel Rakitan Musuh Amerika Dijual di Indonesia, Begini Loh Cara Belinya!
Seorang juru bicara Huawei berkata, "kami telah menginvestasikan US$5 miliar untuk uji coba jaringan dan telah diminta melakukan tes serupa di pasar Asia Tenggara lain."
Negara lainnya, Filipina, akan meluncurkan layanan 5G pertama di regional itu, menggunakan teknologi Huawei.
Namun, Vietnam malah mengambil langkah yang bertentangan dengan dua negara tersebut. Vietnam sudah berencana meluncurkan jaringan 5G di Hanoi dan Kota Ho Chi Minh menggunakan teknologi telekomunikasi militernya, Viettel.
"(Vietnam) berencana melakukan hal itu tanpa Huawei karena masalah keamanan," begitulah alasan negara itu.