REPUBLIKA.CO.ID, Dadang Kurnia/Wartawan Republika
Kolot, kuno, ketinggalan zaman, jadul (jaman dulu), menjadi stigma yang sering dilekatkan dengan koperasi. Anggapan itu lah yang menjadikan sebagian generasi milenial merasa berkoperasi tidak lagi relevan di era serba modern ini. Apalagi, tujuan berkoperasi adalah untuk peningkat kesejahteraan.
Generasi muda merasa, kesejahteraan bisa juga diraih tanpa melewati jalur berkoperasi. Bekerja keras, mencari tempat kerja bonafide, dirasa menjadi jalur lebih tepat dalam menggapai kesejahteraan, ketimbang berkoperasi. Apalagi koperasi mengharuskan anggotanya membayar iuran. Iuran tersebut sering dirasa memberatkan, tanpa mempertimbangkan manfaat di balik keanggotaan koperasi.
"Dulu saya mikirnya gitu. Ngapain ikut koperasi. Harus bayar iuran. Kita yang cari uang terus harus dibayarkan buat iuran koperasi," ujar Alvian (26) saat ditemui Republika di Surabaya, Sabtu (2/11).
Alvian merupakan pengemudi daring asal Surabaya yang menjadi anggota Koperasi Mitra Usaha Trans (MUT). Dia mengaku sudah dua tahun menjadi anggota koperasi yang memang menaungi para driver online tersebut. Meski awalnya hanya ikut-ikutan, Dia merasa semakin hari, semakin merasakan manfaat dari keanggotaannya di koperasi tersebut.
Pria kelahiran Kota Pahlawan itu pun membeberkan serangkaian keuntungan yang diperolehnya dengan bergabung di Koperasi MUT. Misalnya, biaya serivis kendaraan bermotor yang lebih murah. Mengingat, koperasi tersebut memiliki bengkel kendaraan bermotor. Kemudian, asuransi yang akan diperolehnya, jika saat menarik penumpang, mengalami insiden.
"Kita juga mendapat layanan derek gratis jika sewaktu-waktu mobil mogok. Terus kalau kebetulan melanggar dan ditilang, nanti kita dapat subsidi tuh dari koperasi untuk pembayaran tilangnya," ujar Alvian.
Menurut Alvian, itu hanya sebagian kecil dari manfaat yang dirasakannya, setelah tergabung dalam keanggotaan koperasi. Lebih jauh dari itu, berkoperasi dirasanya banyak mengajarkan tentang kehidupan sosial.
Dimana dia mendapat banyak teman baru, yang bahkan sebelumnya tidak saling kenal. Tidak saja teman yang sebaya dengannya, tapi bervariatif. Ada yang lebih muda, banyak pula yang lebih tua darinya.
"Itu juga keuntungan. Kita jadi banyak teman, banyak kenalan. Tidak hanya generasi milenial atau yang seumuran, banyak juga yang lebih tua. Enak lah ke mana-mana gampang, soalnya banyak yang kenal," kata Alvian.
Pernyataan Alvian pun diamini anggota koperasi MUT lainnya, Randy (28). Pria yang juga asli Surabaya tersebut juga merasa, koperasi tempatnya bernaung, laiknya sekolah tempat belajar. Dimana Randi merasa banyak mendapat ilmu dengan berkoperasi.
Ilmu yang dimaksudnya, tidak saja didapat dari pelatihan-pelatihan yang diberikan koperasi. Tapi juga diperoleh saat dia berbagi pengalaman dengan anggota koperasi lainnya. Diakuinya, kekeluargaan antar sesama anggota koperasi di sana sangat kental. Bahkan, anggota-anggota Koperasi MUT yang dikenalnya, tidak pernah pelit berbagi ilmu.
"Ya kan sering nyangkruk (ngumpul) bareng anggota lainnya. Ngobrolin apa aja gitu. Dari sana dapet banyak pelajaran, terutama dari yang lebih senior," ujar pria yang sudah satu tahun menjadi driver online tersebut.
Randy pun mengajak generasi milenial untuk tidak alergi berkoperasi. Dia meyakinkan, banyak keuntungan yang diperoleh dari berkoperasi. Bahkan, kata dia, iuran yang dibayarkannya jauh lebih kecil daripada manfaat yang didapat. "Kalau tepat pilih koperasinya enggak bakalan rugi lah. Lebih besar untungnya," ujar Randy.
Sekretaris Koperasi Mitra Usaha Trans Irfan Kurniawan mengungkapkan, koperasi tersebut bertujuan untuk mewadahi usaha transportasi, khususnya transportasi online dengan azas kebersamaan. Nilai yang mendasari kegiatan koperasi di antaranya kekeluargaan, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kepedulian terhadap orang lain.
Diakui Irfan, saat ini anggota Koperasi MUT di Surabaya sekitar 2 ribu orang. Sementara untuk skala nasional, anggota Koperasi MUT bisa mencapai 12 ribu orang. Irfan pun tidak memungkiri, banyak dari anggota koperasi yang masuk dalam kategori generasi milenial. Maskipun, masih lebih banyak generasi x, atau generasi tua.
Irfan juga mengungkapkan iuran yang dibayarkan anggota koperasi tersebut sebesar Rp 35 ribu per pekan. Iuran tersebut akan otomatis dipotong dari penarikan atau withdraw, baik itu bonus maupun ongkos dari penumpang yang melakukan pembayaran non tunai. Dimana penarikan tersebut dilakukan oleh koperasi, untuk selanjutnya ditransfer ke rekening driver.
"Untuk sistem withdraw-nya itu semua koperasi kami yang melakukan, baik itu bonus atau pembayaran non tunai. Driver tinggal menerima, nanti ditransfer ke rekening. Iurannya kita potong per minggu. Pemotongannya pada waktu kita withdraw, nanti kita potong Rp 35 ribu," ujar Irfan.