Jumat 01 Nov 2019 15:55 WIB

Hingga Oktober, Harga Gabah Naik Lagi

Harga gabah kering panen mengalami kenaikan 2,19 persen menjadi Rp 5.508 per kg.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Petani memanen padi di Desa Tambakbaya, Lebak, Banten, Kamis (17/10). BPS mencatat, harga GKP di tingkat petani sepanjang bulan Oktober mengalami kenaikan 2,19 persen menjadi Rp 5.508 per kilogram (kg).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Petani memanen padi di Desa Tambakbaya, Lebak, Banten, Kamis (17/10). BPS mencatat, harga GKP di tingkat petani sepanjang bulan Oktober mengalami kenaikan 2,19 persen menjadi Rp 5.508 per kilogram (kg).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga gabah kering panen (GKP) kembali mengalami kenaikan sepanjang bulan Oktober 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kenaikan harga gabah telah menjadi tren sejak posisi bulan Mei lalu.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyampaikan, harga GKP di tingkat petani sepanjang bulan lalu mengalami kenaikan 2,19 persen menjadi Rp 5.508 per kilogram (kg). Pada bulan September, BPS mencatat posisi harga gabah sebesar Rp 5.392 per kg.

Sementara itu, BPS juga mencatat kenaikan harga GKP pada level penggilingan padi. Yakni naik 2,15 persen menjadi Rp 5.622 per kg dari posisi harga di bulan September sebesar Rp 5.522 per kg.

"Pola kenaikannya sama dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan harga gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan, bisa dipahami ini mengakitbatkan harga beras naik tipis," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat (1/11).

Ia menyampaikan, harga beras di tingkat penggilingan mengalam kenaikan baik untuk jenis beras premium, medium, maupun rendah. Hingga Oktober 2019, harga beras premium tercatat naik 0,68 persen menjadi Rp 9.659 per kilogram (kg). Adapun beras medium dan rendah masing-masing naik 1,43 persen dan 1,11 persen menjadi Rp 9.434 per kg dan Rp 9.242 per kg.

Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2019, harga eceran tertinggi (HET) beras medium di level konsumen dipatok antara Rp 9.450 per kg sampai Rp 10.250 per kg. Sedangkan, HET beras premium maksimal dihargai Rp 12.800 per kg sampai Rp 13.600 per kg.

"Ini artinya harga beras sangat terkendali. Apalagi cadangan beras di Bulog sangat cukup jadi pergerakan harga beras nampaknya akan aman," kata Suhariyanto.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, mengatakan, saat ini merupakan masa kritis komoditas beras. Sebab, diprediski kuat total produksi beras tahun 2019 akan turun lebih dari 2 juta ton dibanding tahun 2018 lalu.

Menurut Andreas, pemicu utama turunnya produksi beras salah satunya akibat musim kemarau yang cukup panjang. Tanaman padi akan sangat sensitif terhadap ketersediaan air untuk persawahan.

Namun, pemerintah merasa aman lantaran stok beras di gudang Bulog saat ini tengah tinggi yakni sekitar 2,3 juta ton. Di satu sisi, harga beras yang masih cenderung stabil. Ia pun meminta pemerintah agar tidak lengah dan menganggap situasi perberasan domestik akan aman karena tingginya stok Bulog dan harga yang stabil.

"Dua hal ini meninabobokan regulator dan sampai sekarang tidak terlihat tanda-tanda pemerintah berupaya mengatasi potensi penurunan produksi itu," kata Andreas.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan, pihaknya tengah menghitung kembali produksi akhir tahun bersama Badan Ketahanan Pangan. Selain itu, Kementan juga tengah fokus pada verifikasi luas lahan baku sawah dan potensi produksi ke depan yang bisa dihasilkan oleh petani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement