Jumat 01 Nov 2019 14:53 WIB

Buwas Yakin tak Perlu Impor Beras Tahun Depan

Musim tanam akan dimulai Desember, sehingga panen raya diperkirakan pada Maret.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah perempuan tani menanam padi dengan cara menabur langsung ke sawah di Desa Porame, Sigi, Sulawesi Tengah, Ahad (18/8). Sebagian petani di wilayah itu masih mempertahankan cara tradisional dalam menanam padi, yakni dengan menabur langsung bibit padi ke sawah. Cara itu dinilai membuat batang padi yang akan tumbuh lebih kuat dan juga praktis.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Sejumlah perempuan tani menanam padi dengan cara menabur langsung ke sawah di Desa Porame, Sigi, Sulawesi Tengah, Ahad (18/8). Sebagian petani di wilayah itu masih mempertahankan cara tradisional dalam menanam padi, yakni dengan menabur langsung bibit padi ke sawah. Cara itu dinilai membuat batang padi yang akan tumbuh lebih kuat dan juga praktis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas menilai stok cadangan beras pemerintah (CBP) masih cukup aman hingga tahun depan. Sehingga, menurutnya pemerintah tidak perlu melakukan impor pada tahun depan.

"Panen raya prediksi saya April-Mei tahun depan, aman karena saya sudah mengitung beras di luaran masih banyak," ujar Buwas saat acara Ngopi BUMN di Synergy Lounge Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Jumat (1/11).

Baca Juga

Pantauan Buwas, ketersediaan beras di food station dan toko-toko beras sampai saat ini masih banyak, meski harganya relatif meningkat karena naiknya biaya produksi. Buwas menjelaskan, saat ini sudah masuk musim hujan dan dia perkirakan pada Desember mulai memasuki masa tanam sehingga panen raya mulai berlangsung pada Maret mendatang.

"Mulai panen puncaknya April misal meleset ya Mei, kita serap sebanyak-banyaknya dong karena itu kan pasti panen raya, jumlahnya banyak lagi, maka nggak perlu impor, sederhana itu saja," lanjut Buwas. 

Toh, kata Buwas, melimpahnya beras di lapangan justru membuat pasar jenuh. Dia mengambil contoh dari serapan beras pada operasi pasar yang sangat rendah dengan maksimal tiga ribu sampai empat ribu ton per hari dari target 15 ribu ton per hari.

"Kita targetkan 15 ribu ton per hari tapi malah turun tiga ribu ton sampai empat ribu ton per hari, kendalanya ya itu tadi  karena pasar jenuh," kata Buwas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement