Rabu 14 May 2025 18:34 WIB

Mentan: Petani RI Berkontribusi Tekan Harga Beras Dunia

Petani Indonesi berhasil menjaga kestabilan pasokan dan permintaan beras.

Foto udara petani menjemur padi saat panen raya di Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (27/4/2025). Perum Bulog Wilayah Jawa Barat mencatat realisasi serapan gabah dan beras dari petani hingga Maret 2025 telah mencapai 103 persen atau 128.513 ton dari target yang ditetapkan sebanyak 124.027 ton.
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Foto udara petani menjemur padi saat panen raya di Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (27/4/2025). Perum Bulog Wilayah Jawa Barat mencatat realisasi serapan gabah dan beras dari petani hingga Maret 2025 telah mencapai 103 persen atau 128.513 ton dari target yang ditetapkan sebanyak 124.027 ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan petani Indonesia berperan penting menekan harga beras dunia. Hal itu terjadi lewat peningkatan produksi nasional tanpa bergantung pada impor sehingga pasokan global tetap stabil dan terjangkau. 

Menurut Amran, saat ini harga beras internasional turun menjadi sekitar 390 dolar Amerika Serikat (AS) per ton, dari sebelumnya mencapai 460 dolar AS per ton ketika Indonesia masih aktif mengimpor beras dari luar negeri.

Baca Juga

"Dulu 460 dolar per ton, di saat kita impor segala macam. Terendah pernah terjadi, karena kita tidak mengimpor itu 390 dolar AS per ton. Artinya apa? Indonesia berpengaruh, berpengaruh pada harga beras dunia," kata Mentan dalam jumpa pers seusai menerima kunjungan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Marc Gerritsen; dan Duta Besar (Dubes) Yordania Sudqi Attalah Al Omoush di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Ia menjelaskan penurunan harga global tersebut tidak lepas dari kontribusi petani Indonesia yang berhasil menjaga kestabilan pasokan dan permintaan, sehingga turut meringankan beban negara-negara konsumen beras.

Amran menyebut tren produksi beras di ASEAN sedang mengalami penurunan, termasuk di Thailand dan Malaysia, sementara Indonesia justru mencatatkan peningkatan stok beras secara signifikan di awal 2025.

Stok beras nasional saat ini telah mencapai 3,7 juta ton dan ditargetkan menyentuh angka 4 juta ton dalam waktu 15 hingga 20 hari ke depan berkat panen raya yang lancar,".

Ia menekankan pencapaian itu menjadi sejarah baru dalam pengelolaan pangan nasional, sekaligus menunjukkan bahwa petani Indonesia adalah pahlawan pangan sejati bagi bangsa.

Dengan ketersediaan stok yang melimpah dan harga beras global yang menurun, Indonesia diakui sebagai kekuatan utama dalam menjaga keseimbangan harga beras di kawasan ASEAN.

"Jadi kan gini, dulu kan kita impor dua tahun, betul-betul kita impor cukup besar kan? Nah, kalau kita tidak impor, gimana stoknya (agar) melimpah, iya sudah berarti petani adalah pahlawan pangan kita sekarang," jelas Mentan.

Amran berharap pencapaian itu menjadi dorongan bagi semua pihak untuk terus mendukung petani serta memperkuat ketahanan pangan demi kesejahteraan rakyat dan kestabilan pasar regional.

"Petani kita berkontribusi membuat pangan dunia khususnya beras kebutuhan dunia menjadi murah," beber Mentan.

Data yang dihimpun menyebutkan, Indonesia terakhir kali mengimpor beras dalam jumlah besar pada 2024.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hingga November 2024, Indonesia telah mengimpor sekitar 3,85 juta ton beras, meningkat 62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor ini terutama berasal dari Thailand (1,19 juta ton), Vietnam (1,12 juta ton), dan Myanmar (642.000 ton) .

Namun, pada awal 2025, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk tidak melakukan impor beras guna mendorong swasembada pangan.

Sebagai gantinya, Kementerian Pertanian meningkatkan produksi dalam negeri yang ditargetkan 32 juta ton hingga 2025. Meningkat 2 juta ton bila dibandingkan produksi tahun 2024 yakni 30 juta ton.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement