Rabu 30 Oct 2019 03:23 WIB

Likuiditas Ketat Sebabkan Penjualan ORI016 tak Capai Target

Penerbitan yang hampir sebulan sekali menyebabkan terlalu banyak pilihan investasi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, likuiditas masyarakat Indonesia masih kering. Kondisi ini terlihat dari hasil penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel di seri ORI016 yang di bawah target indikatif pemerintah dan menurun dibandingkan ORI terdahulu, ORI015. 

Piter menjelaskan, kondisi tersebut patut diperbaiki. Sebab, kebijakan moneter sebenarnya sudah dilonggarkan melalui keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan tingkat suku bunga. 

Baca Juga

"Tapi, likuiditas tetap ketat dan diperebutkan oleh perbankan, pasar keuangan dan pemerintah," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (29/10).

Kondisi yang dinilai Piter kontras itu menegaskan bahwa pemerintah perlu mengimbangi kebijakan moneter longgar dengan kebijakan fiskal. Khususnya pelonggaran mengenai kebijakan perpajakan terhadap dunia usaha ataupun perseorangan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan demand masyarakat terhadap instrumen investasi yang ditawarkan pemerintah. 

Di sisi lain, Piter menambahkan, pemerintah harus kembali mempertimbangkan jadwal penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang terlalu insentif. Sepanjang 2019, pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tercatat akan merilis 10 SBN ritel. Sampai Oktober, sudah sembilan SBN ritel yang diterbitkan dan ditawarkan ke masyarakat. 

Piter menilai, penerbitan hampir sebulan sekali itu membuat pemilik dana dihadapkan dengan terlalu banyak pilihan investasi sedangkan likuiditas sangat terbatas. Pemerintah sebaiknya lebih mengatur jadwal penerbitan tiap SBN ritel. 

"Bukan dikurangi, tapi dikelola lagi jadwalnya," ucapnya. 

Pada Senin (28/10), Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Ditjen PPR) Kemenkeu mencatat, hasil penjualan ORI016 adalah Rp 8,21 triliun. Selain tidak melampaui target indikatif pemerintah, volume penjualan itu berada di bawah pencapaian ORI015 yang diterbitkan setahun lalu, yakni meraup Rp 23,28 triliun. 

Meski tingkat penjualan ORI016 menurun, total realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun 2019 naik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang Januari sampai Oktober, pemerintah sudah menerbitkan sembilan instrumen SBN ritel dengan penjualan akumulasi Rp 48,43 triliun. Nilai itu meningkat 5,3 persen apabila dibandingkan penerbitan SBN ritel pada 2018. 

Dalam penjualan ORI016, sebanyak 72,8 persen dari total 18.336 investor merupakan investor baru. Menurut Ditjen PPR, kemudahan membeli ORI016 secara online menjadi daya tarik para investor baru tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement