REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan fintech peer-to-peer lending, Amartha kembali mendapat penghargaan. Kali ini di Jeneva.
Penghargaan yang diprakarsai oleh UNDP, EPFL, Orange dan SAP ini bertujuan untuk mengidentifikasi perusahaan yang masuk dalam kategori Growth Stage Impact Ventures (GSIV), yang fokus tidak hanya pada pelanggan, tetapi juga menyediakan produk dan layanan yang akan membantu masyarakat mencapai potensi pengembangan manusia.
Amartha dinilai sukses sebagai perusahaan jasa keuangan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Amartha dinilai berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan.
Amartha menjadi satu-satunya perusahaan fintech dari Asia Tenggara yang terpilih sebagai finalis bersama 11 negara berkembang lainnya dari seluruh dunia. Terhitung ada tiga perusahaan fintech dari India, Meksiko dan Somalia/Peru yang menjadi pesaing Amartha pada kategori Jasa Keuangan.
“Melalui kemitraan kami dengan EPFL, SAP dan Orange, dan dukungan dari sektor swasta, PBB dan komunitas pembangunan yang lebih luas, kami dapat mengidentifikasi pengusaha-pengusaha terbaik dengan model bisnis yang solid dan memiliki dampak sosial. Mereka menunjukkan banyak kasus bisnis untuk SDG, bahkan dalam konteks yang paling sulit”, kata Maria Luisa Silva, Direktur UNDP di Jenewa, melalui keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
Sebelumnya SDG Finance Geneva Summit 2019 telah berhasil mengumpulkan 119 proposal program SDGs mengenai akses kesehatan, energi iklim, dan jasa keuangan dari perusahaan yang minimal telah mendapatkan pendanaan Series A di 40 negara berkembang dari seluruh dunia.
Amartha Fintek terpilih sebagai fintech peer-to-peer lending terbaik di Asia Tenggara karena telah berhasil menurunkan angka kemiskinan perempuan desa mitranya hingga 22 persen dalam dua tahun terakhir. Angka ini lebih cepat dari penurunan angka kemiskinan nasional. Data dari Social Accountability Responsibility (SAR) 2018 menyebutkan bahwa Amartha telah berhasil membawa pendapatan mitranya sebesar 59,5 persen, naik dari Rp 4,2 juta per bulan pada tahun lalu, menjadi Rp 6,7 juta per bulan.
Penurunan angka kemiskinan ini ternyata juga dibantu oleh program kesehatan Amartha, yang berhasil mendistribusikan 7.039 pasang kacamata untuk membantu 33 persen penerimanya merasakan peningkatan produktivitas sebanyak 4 jam per hari.
“Penghargaan ini menjadi motivasi Amartha untuk bekerja lebih keras lagi dalam memberikan layanan dan pendampingan untuk mensejahterakan perempuan tangguh para mitra Amartha yang berada dipesedaan Indonesia,” ucap Andi Taufan Garuda Putra, CEO dan Founder Amartha Fintek.