Senin 30 Sep 2019 16:52 WIB

Mendes Sebut Konglomerat Sumber Uangnya Berasal dari Desa

Mendes menyebut penghasilan masyarakat desa kini terus meningkat.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat menandatangani perjanjian kerjasama layanan dan jasa perbankan antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan PT Bank Mandiri Tbk di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Senin (30/9).
Foto: kemendes
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat menandatangani perjanjian kerjasama layanan dan jasa perbankan antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan PT Bank Mandiri Tbk di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo mengatakan, desa memiliki potensi besar untuk sektor perbankan. Menurutnya, rata-rata konglomerat dan klien besar perbankan berasal dari pengusaha pasca panen perdesaan.

Hal tersebut dikatakan saat memberikan sambutan pada pendandatanganan nota kesepahaman terkait perjanjian kerjasama layanan dan jasa perbankan antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan PT Bank Mandiri Tbk di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Senin (30/9).

Baca Juga

“Orang suka underestimate (meremehkan) desa. Padahal kalau diperhatikan, semua konglomerat di Indonesia mulanya adalah pengusaha pasca panen di desa-desa. Dan seluruh konglomerat di negara berkembang di dunia, itu berasal dari pengusaha pasca panen di desa, yang usahanya berkembang dan berkembang menjadi lebih besar lagi,” ujarnya.

photo
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat menandatangani perjanjian kerjasama layanan dan jasa perbankan antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan PT Bank Mandiri Tbk di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Senin (30/9).

Menurutnya, potensi perbankan juga didukung oleh adanya program dana desa, program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades), dan berbagai program bantuan dari bank dunia serta lembaga-lembaga internasional lainnya. Berbagai program dan bantuan tersebut menurutnya, telah membantu mengurangi kemiskinan dan kesenjangan di desa.

“Jadi opportunity di desa besar, termasuk Bank Mandiri, karena ada dana desa, ada Prukades,” ujarnya.

Eko mengatakan, pendapatan per kapita di desa dalam empat tahun terkahir selalu mengalami peningkatan, yakni Rp 572 ribu perbulan pada tahun 2014 menjadi Rp 804 ribu perbulan pada tahun 2018. Jika peningkatan tersebut dipertahankan, lanjutnya, maka tujuh tahun ke depan pendapatan per kapita desa akan mencapai lebih dari Rp 2 juta perbulan.

“Apa artinya Rp2 juta? Sekarang penduduk desa ada 130 juta, 5-7 tahun lagi mungkin bisa mencapai 150 juta penduduk. 150 juta kalau dikali Rp2 juta perbulan, desa akan punya pendapatan Rp300 Triliun perbulan, yang akan menciptakan consumption power (daya konsumsi) Rp1.500 Triliun per bulan atau Rp18 ribu triliun pertahun," ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo mengakui besarnya potensi desa. Menurutnya, pertumbuhan perdesaan yang semakin meningkat memberikan kesempatan kepada PT Bank Mandiri Tbk baik dari sisi layanan perbankan maupun sisi pembiayaan KUR (Kredit Usaha Rakyat).

“Kami mengapresiasi dan berterimakasih atas kepercayaan Kementerian Desa yang memiliki peran strategis dalam mewujudkan pembangunan di Indonesia,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement