Kamis 26 Sep 2019 08:53 WIB

Penerimaan Pajak Sektor Jasa Tumbuh Lebih Baik

Penerimaan pajak dari sektor jasa keuangan tumbuh 7 persen, tranportasi 20 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Bayar Pajak Online
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Bayar Pajak Online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun sebesar 5,1 persen. Dalam menjaga pertumbuhan lebih tinggi, ADB menyoroti sektor jasa. 

Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, fundamental perekonomian Indonesia sendiri masih solid dengan posisi fiskal yang mampu terkelola secara baik. Harga-harga pun cenderung stabil, termasuk pangan.

Baca Juga

“Cadangan devisa juga berada pada posisi yang cukup aman,” ujarnya dalam konferensi pers Asian Development Outlook (ADO) 2019 Update di kantornya, Jakarta, Rabu (25/9).

Selain didorong jasa belanja online, penguatan sektor ini terlihat dari kinerja pajak. Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, realiasi penerimaan pajak pada sektor jasa keuangan pada Januari-Agustus 2019 adalah Rp 108,33 triliun atau tumbuh 7,7 persen (yoy). Tren ini tumbuh dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, 5 persen (yoy).

Kondisi serupa terjadi pada sektor transportasi dan perdagangan yang masih termasuk dalam sektor jasa. Penerimaan pajak pada delapan bulan terakhir mencapai Rp 32,59 triliun, tumbuh 20,7 persen (yoy). Kondisi ini membaik signifikan dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, 11 persen (yoy).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kedua sektor tersebut memang sedang tumbuh pesat seiring dengan peningkatan permintaan di era ekonomi digital. "Keduanya terlihat masih sangat sehat," ujarnya dalam konferensi pers APBN 2019 Kinerja dan Fakta (KiTa) di Jakarta, Selasa (24/9).

Pertumbuhan penerimaan pajak dua sektor itu kontras dengan sektor lain. Khususnya industri pengolahan yang kontraksi 4,9 persen (yoy) pada periode Januari-Agustus 2019. Sementara itu, sektor perdagangan tumbuh 1,5 persen (yoy), lebih lambat dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, 26,7 persen (yoy).

Dari kondisi tersebut, Sri mengatakan, terlihat bahwa sektor-sektor yang langsung berhadapan dengan kegiatan ekspor-impor konvensional terdampak negatif. "Kita harus terus waspadai sektor-sektor yang terkena imbas pelemahan global hingga ‘merembes’ ke dalam ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement