Selasa 24 Sep 2019 13:21 WIB

Ini 3 Kekhawatiran Keluarga Terkaya di Dunia

UBS melakukan survei terhadap 360 kantor keluarga terkaya di dunia

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kekhawatiran Keluarga Terkaya di Dunia. (FOTO: Unsplash/Sunyu)
Kekhawatiran Keluarga Terkaya di Dunia. (FOTO: Unsplash/Sunyu)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Bank Swiss UBS dan Campden Wealth Research melakukan survei terhadap 360 kantor keluarga terkaya di dunia tentang kekhawatiran yang tengah dialami mereka. Perang dagang AS-China, Brexit, populisme, dan perubahan iklim menjadi hal yang paling mengkhawatirkan saat ini.

Maksud dari kantor keluarga dalam survei ini merupakan perusahaan investasi yang didirikan untuk mengelola kekayaan satu atau lebih keluarga kaya raya.

Melansir dari Reuters (24/9/2019), berdasarkan hasil survei, ada 42% kantor keluarga tersebut yang meningkatkan tumpukan uang mereka tahun ini. Total uang dalam bentuk tunai mereka 7,6% dari total investasi pada tahun 2019, naik 70 basis poin dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Resesi, Kekayaan 1.000 Taipan Jerman Malah Melonjak Rp15.439 Triliun

Selanjutnya, ada 55% eksekutif kantor yang memprediksi bahwa resei akan terjadi mulai tahun depan. Ada pula 63% yang percaya bahwa Brexit buruk bagi Inggris sebagai tujuan investasi dalam jangka panjang. Selain itu, 84% juga berpendapat populisme tidak akan pudar pada tahun depan.

Sekitar 53% kantor keluarga melihat perubahan iklim sebagai ancaman terbesar bagi dunia. Generasi yang lebih baru keluarga-keluarga kaya itu memutar uang keluarga dalam investasi berkelanjutan yang tinggi.

Baca Juga: Asli Indonesia, Keluarga Ini Masuk Daftar Keluarga Terkaya Sedunia

Pandangan kantor keluarga tidak selalu berbeda dari pandangan investor institusi, seperti dana pensiun, asuransi, dan dana kekayaan negara, atau manajer aset yang membantu menginvestasikan uang mereka.

Tetapi, kantor keluarga memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam investasi mereka, kurang terikat pada benchmark indeks tertentu, dan cenderung berinvestasi lebih banyak dalam aset jangka panjang yang tidak likuid.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement