Kamis 19 Sep 2019 15:03 WIB

Suku Bunga Turun Dorong Stimulus Ekonomi Khusus Sektor UMKM

Suku bunga BI turun 25 basis poin menjadi 5,25 persen.

Rep: Novita Intan/Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Penurunan ini diikuti oleh suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi enam persen. 

Menurut Ekonom Institute for Development Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara langkah Bank Indonesia sudah tepat untuk menurunkan tingkat sunga bunga acuan. Hal ini bertujuan guna stabilitas di pasar keuangan dan tingkat bunga kredit rendah untuk menstimulus ekonomi khususnya sektor UMKM. 

Baca Juga

“Mungkin butuh 3-5 bulan bahkan lebih lama transmisi ke penurunan bunga kredit, karena persaingan perebutan dana bank yang ketat, dan bank lebih hati hati menyalurkan kreditnya. Bagaimanapun juga langkah Bank Indonesia patut diapresiasi,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (19/9).

Menurutnya pemangkasan tingkat suku bunga ini harus terus dilanjutkan. Apalagi nilai tukar rupiah dalam kondisi yang relatif stabil, cadangan devisa masih 126,4 miliar dolar AS dan rate bunga Surat Berharga Negara (SBN) masih menarik investor. 

“Kalau bukan tahun ini waktu turunkan bunga mungkin pada 2020 sudah terlambat karena kondisi ekonomi sangat dinamis. Now or never,” ucapnya.

Seperti diketahui, ini merupakan untuk yang ketiga kalinya BI menurunkan suku bunga acuan. BI pertama kali menurunkan suku bunga acuan usai RDG pada Juli 2019 sebanyak 25 bps. Bulan berikutnya, suku bunga acuan kembali turun 25 bps menjadi 5,5 persen.

"Pertama karena inflasi rendah, stabilitas eksternal terjaga yang terlihat dari neraca perdagangan surplus, dan perlunya langkah stimulasi untuk memacu pertumbuhan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, memberikan penjelasan terkait penurunan.

Perkiraan inflasi di bawah titik tengah dan imbal hasil aset domestik yang tetap menarik. Langkah pre-emtive juga diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah ekonomi global yang melambat. Perry juga menegaskan penurunan ini bukan karena The Fed yang baru saja menurunkan suku bunga acuan.

"Bukan karena itu, karena penurunan itu sudah kita perkirakan sebelumnya, jadi tidak serta merta karena itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement