REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN – Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed) untuk kembali menurunkan suku bunga acuan dapat merupakan hal wajar. Sebab, kebijakan tersebut patut dilakukan dalam rangka mengantisipasi pelemahan ekonomi.
Sri menjelaskan, dinamika ekonomi global yang terjadi saat ini membuat pemerintahan dan bank sentral sejumlah negara harus menciptakan response policy atau kebijakan untuk respons. Tidak hanya oleh AS, juga negara lain yang terkena imbas.
"Begitu pun kebijakan bank sentral di Eropa, Jepang, dan Cina," ujarnya ketika ditemui di ICE BSD, Tangerang Selatan, Kamis (19/9).
Di sisi lain, Sri menambahkan, setiap negara harus memahami langkah antisipasi terhadap perubahan kebijakan yang dilakukan di negara lain. Tidak terkecuali Indonesia yang sebelumnya sudah menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate selama dua kali berturut-turut pada tahun ini.
Pada Juli, suku bunga diturunkan menjadi 5,75 yang kembali diturunkan sampai 5,5 persen pada Agustus.
Namun, Sri menjelaskan, pemerintah ataupun Bank Indonesia tidak akan langsung ‘bereaksi’ tiap tahap keputusan kebijakan ekonomi negara lain. Pemangku kepentingan ini akan terus memantau dinamika ekonomi global sampai tahun depan.
Sembari melihat perkembangan kondisi eksternal, Sri memastikan, pemerintah juga akan menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri. "Kita tetap steady saja, melihat arah mereka mau ke mana dan apa yang harus kita laukan untuk memperkuat perekonomian kita," tuturnya.
Sri menuturkan, tiap negara akan menciptakan kebijakan yang berbeda-beda. AS, misalnya, sudah harus merespon dari sekarang karena telah melihat tanda-tanda pelemahan pada tahun depan. Kebijakan penurunan suku bunga ini dinilainya tidak akan berdiri sendiri, melainkan dibaur dengan kebijakan fiskal dan ekonomi makro.
Pada Rabu (18/9) waktu setempat, the Fed mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan suku bunga acuan dana federal (federal funds rate) sebesar 25 basis poin. Keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan penetapan suku bunga Fed ini diumumkan setelag pertemuan kebijakan dua hari.
Kebijakan ini menyusul penurunan suku bunga pada Juli yang pertama dalam lebih dari satu dasawarsa. Keputusan moneter tersebut diambil the Fed di tengah peningkatan risiko dan ketidakpastian yang berasal dari ketegangan perdagangan dan perlambatan ekonomi global.
Sebelumnya, pada pekan lalu, Bank sentral Eropa (ECB) memutuskan memangkas suku bunga 0,1 persen. Sedangkan, hari ini, bank sentral Jepang (BoJ) memilih mempertahankan suku bunganya pada level 0 persen.