Jumat 06 Sep 2019 01:00 WIB

RI Perlu Perkuat Ekspor ke Asia dan Afrika

Indonesia juga harus memperbanyak ekspor produk olahan.

Aktivitas ekspor impor.
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, kawasan Asia yang saat ini sedang berkembang pesat harus menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

Fithra dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (5/9), mengatakan, Indonesia perlu meraih peluang di Asia yang diperkirakan menjadi kawasan penyumbang perdagangan global terbesar dalam satu dekade ke depan.

"Tahun 2030 dari sisi output, China, ASEAN, Jepang, Korea, dan beberapa negara besar lainnya di Asia, itu bisa menyumbang 33-40 persen output dunia," katanya.

Untuk itu, menurut ahli perdagangan internasional ini, langkah Kementerian Perdagangan bersama pemangku kepentingan terkait untuk menggarap pasar Asia menjadi tepat.

Fithra melihat penguatan kerja sama di pasar tradisional menjadi langkah bijak, khususnya dengan negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara.

Meski demikian, tambah dia, menggarap pasar baru seperti di Timur Tengah dan Afrika juga sangat diperlukan ketika kondisi global masih diliputi ketidakpastian.

"Jadi, kita jangan membatasi diri hanya di Asia Timur karena lebih banyak, lebih baik," ujarnya.

Selain itu, ia mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan utilisasi dari kerja sama perdagangan yang sudah disepakati karena pemberdayaan berbagai komitmen tersebut baru sekitar 30 persen.

Dalam kesempatan terpisah, pengamat ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, pembenahan kinerja manufaktur menjadi penting agar pengembangan pasar mudah dilakukan.

"Sebelum perluas pasar harus ada barangnya. Persoalannya adalah barang yang mau kita ekspor yang jadi andalan kita itu selama ini komoditas. Pasar untuk barang komoditas itu ya itu-itu saja," katanya.

Menurut dia, Indonesia akan sulit membahas pengembangan pasar bila mayoritas barang yang dijual berupa komoditas, bukan produk atau barang olahan.

Piter bahkan berpandangan bahwa Indonesia selama ini terlalu fokus pada produksi komoditas sehingga melupakan industri manufaktur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement