REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian melakukan ekspor 95 ton serabut kelapa produksi asal Banyuwangi ke China. Total nilai ekspor mencapai Rp 200 juta.
Pelepasan ekspor ini dilakukan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Musyaffak Fauzi di Banyuwangi, Kamis (5/9). Menurut Musyaffak, dulu serabut kelapa dianggap limbah atau hanya digunakan alat untuk mencuci piring selain busa. Namun sekarang serabut kelapa dapat dimanfaatkan untuk dibuat matras atau jok mobil dan kini diminati China.
“Eksportasi serabut kelapa ini telah dilakukan sejak 2016 dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun," ujar dia.
Menurut data tahun 2018 periode Januari - Agustus ekspor Cocofibre dan Cocopeat mencapai 6.772 ton senilai Rp 19 miliar. Pada periode yang sama di tahun 2019 mencapai 11.333 ton senilai Rp 33 miliar. Terjadi kenaikan yang signifikan dari sisi jumlah dan nilai yaitu sebesar lebih dari 50 persen.
"Fenomena ini telah merubah pola pikir masyarakat bahwa serabut yang dulu dianggap limbah, kini malah mampu menyumbang devisa bagi negara," ujar dia.
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian melakukan ekspor 95 ton serabut kelapa produksi asal Banyuwangi ke China.
Selain mengekspor serabut kelapa, Karantina Pertanian juga melakukan ekspor buah naga, manggis, kopi, dan tembakau ke berbagai negara. Selain itu, dalam acaea tersebut juga dilakukan coffee morning dengan para pemangku kepentingan pemerintah Kabupaten Banyuwangi, pihak Bea Cukai Banyuwangi, mitra kerja, dan perbankan serta pelaku usaha.
Musyaffak membeberkan strategi Kementan guna mendukung dan mempercepat ekspor komoditas pertanian di sentra-sentra produksi. Strategi yang dilakukan yakni meningkatkan volume ekspor, menambah ekspor baru, membuka akses pasar negara baru. Kementan juga mendorong ekspor komoditas olahan dan manambah ragam komoditas.
“Seiring dengan kebijakan tersebut, Badan Karantina Pertanian meluncurkan progam Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa (Agrogemilang) pada tahun 2019, Membuka layanan inline inspection, dan meluncurkan aplikasi IMACE,” kata dia.
Aplikasi I MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Exports) merupakan aplikasi yang berisi informasi kegiatan ekspor di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian diseluruh Indonesia. Informasi dalam I MACE tersebut berupa list komoditas ekspor, grafik trend 3 tahun terakhir, list eksportir, dan asal komoditas serta negara tujuan.