REPUBLIKA.CO.ID, BANYUASIN -- Pemerintah mengklaim optimalisasi lahan rawa melalui program selamatkan rawa sejahterakan petani (Serasi) Kementerian Pertanian (Kementan) mampu meningkatkan produksi. Selain itu, program tersebut juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan memitigasi kebakaran lahan di wilayah sekitar rawa.
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru menyampaikan apresiasi atas kinerja pemerintah terhadap pembangunan pertanian, peningkatan kesejahteraan petani, dan mitigasi kebakaran lahan di wilayahnya. Pada tahun ini melalui Program Serasi, Sumsel diberikan target luas lahan sebesar 200 ribu hektare untuk kawasan pertanian di Banyuasin dan Ogan Komering Ilir.
"Kami apresiasi pemerintah karena telah membantu petani tradisional yang konvensional mengolah lahan menjadi petani modern," ujar Herman dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (28/8).
Kenaikan produksi padi di Sumatera Selatan berdasarkan catatan Kementan sebesar 1.6 juta ton. Menurut dia dengan program Serasi yang digalakkan maka wilayahnya berpotensi menjadi penghasil beras nomor satu di Indonesia.
"Dulu kami hanya peringkat 8 nasional, namun kita sudah lima besar nasional saat ini karena lahan rawa optimalisasinya berjalan," kata Herman.
Herman menambahkan, kebakaran lahan juga dapat dicegah dengan modernisasi pertanian, hal ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat. Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu pada Rapat Koordinasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Istana sempat menyinggung terkait pencapaian pertanian nasional. Saat itu Presiden setuju dengan usulan agar dilakukan modernisasi para petani, sehingga mereka tidak lagi perlu membakar hutan dan lahan untuk membuka lahan baru.
Menurut Presiden, dalam lima tahun ini Kementan sudah memberikan sejumlah alat mesin pertanian meliputi traktor, excavator, dan bulldozer untuk daerah-daerah yang memiliki lahan dengan kriteria luas seperti di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut). Untuk itu, Presiden meminta kepada kepala daerah di setiap wilayah yang memiliki lahan yang bisa digarap agar dilakukan bukan secara manual lagi.
“Jadi kita ubah petani yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan untuk land clearing dengan cara membakar diganti dengan pembersihan land clearing dengan traktor, dengan excavator tanpa harus membuat api,” ujar Presiden beberapa waktu lalu.